PERMASALAHAN
PEMBELAJARAN NON EKSAK DAN RANCANGAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. WACANA
KASUS
Saya seorang guru kelas 5 SDN 7 Gegelang di ,Kecamatan Manggis ,Kabuapten Karangasem,
mempunyai siswa berjumlah 15 orang ,yang
terdiri dari 7 anak perempuan dan 8 orang
anak laki-laki. Dari lima belas siswa
siswa tersebut tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam belajar. Mereka mempunyai minat,bakat dan karakter yang berbeda baik
dalam kelas maupun di luar. Dari lima belas siswa tersebut , 10
siswa sudah lancer membaca dan
menulis, 2 siswa masih mengeja, dan 3
siswa belum bisa membaca.
Suatu hari saya ( guru) mengajar
Bahasa Indonesia tentang Jenis-jenis
puisi lama dan khusus tehnik Menulis Pantun ,
saya langsung menjelaskan dan memberikan
contoh di papan tulis dan Tanya jawab secara klasikal tentang pantun . Pada
saat saya ( guru ) menjelaskan , dari lima belas siswa ada sebagian besar siswa tidak memperhatikan
saya menjelaskan, Kebanyakan siswa bermain
cubit-cubitan tangan di belakang, ada yang mengganggu teman menyembunyikan buku teman
sebangkunya ,ada yang mencoret bangku , ada yang mengobrol dengan bebisik-bisik
dengan teman sebangkunya. Sebagian kecil siswa yang memperhatikan guru
menjelaskan .
Setelah selesai menjelaskan
saya ( guru ) bertanya kepada siswa,” Apakah anak-anak sudah faham dan mengerti materi yang Bapak jelaskan? “ Anak-anak menjawab seretak ,” Sudah Pak! “ Setelah itu langsung saya ( guru ) menyuruh
anak-anak mengerjakan soal-soal
yang ada di buku paket Matematikanya. Setelah selesai pekerjaan mereka saya (guru)
memeriksa dan menilai hasilnya
namun sangat mengecewakan ,karena
hanya satu orang siswa yang dapat
menjawab soal tersebut dari lima
belas anak yang ada.
Pada pertemuan ke dua ,Saya (guru) merubah
cara mengajarnya , Saya (
guru) menyiapkan alat-alat peraga buah
semangka , pertama saya melakukan
apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai ,kemudian saya
(guru) mengulangi menjelaskan
materi menulis pantun dari pengenalan ciri-ciri pantun ,kemudian
memberikan contoh pantun sederhana . Kemudian
melatih
membuat pantun ke siswa ,namun pembelajaran masih dirasakan belum adanya peningkatan hasil yang signifikan dan efektifitas siwa belajar.
B. I. Identifikasi
permasalahan
1. Guru
mengajar Bahasa Indonesia dimana penjelasannya terlalu cepat.
2. Dalam kegiatan inti guru hanya menggunakan metode ceramah dan terlalu
cepat kemudian langsung menugaskan siswa untuk membuat sebuah
pantun seperti contoh dalam buku paket, tanpa
memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya tentang materi tersebut.
3. Dari
pemeriksaan terhadap tugas membuat
pantun ke siswa didapat hasil yang mengecewakan karena
hanya 2 anak yang dapat
memjawab dari 15 anak dalam kelas.
4. Guru tidak menggunakan alat peraga untuk memancing
perhatian siswa
5. Adanya kendala 5 orang siswa yang belum lancer membaca dan menulis.
6. Pembelajaran
di kelas masih dirasakan belum adanya peningkatan hasil dan efektifitas siswa.
II. Rumusan
permasalahan
1. Apa sebab siswa tidak
focus pada pembelajaran Bahasa
Indonesia khusus menulis pantun
2. Mengapa
prosedur pembelajaran yang dilakukan guru kelas 5 tidak memberikan hasil yang memuaskan?
III. Analisis Penyebab
permasalahan
1. Metode
yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa didukung strategi
pembelajaran yang lain dan tanpa alat bantu mengajar yang bervariasi.
2. Pembelajaran
yang monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa tidak
tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa
IV. Alasan Rancangan
Perbaikan yang dipilih
Pemecahan
masalah didasari permasalahan yang dimunculkan, yaitu:.
1.
Guru harus cermat dalam memilih metode yang
akan digunakan dalam pembelajaran, disesuaikan dengan karakteristik siswa,
lingkungan, dan materi yang akan disampaikan.
2. Dengan memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses pembelajaran,
ketepatan pemilihan media dan metode
pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil atau prestasi belajar
siswa. Dalam memilih
media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing.
3. Dalam kegiatan pembelajaran para siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk menggali ide-idenya menurut kemampuannya. Manusia dilahirkan
sebagai pencari, pemroses dan pencipta pengetahuan. Kegiatan pembelajaran yang
memberi latihan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dari cerita yang
dibacanya para siswa mempunyai kemampuan untuk memprediksi cara mengatasi
masalah yang akan datang serta tanggap terhadap masalah yang terjadi.
V.
Rancangan Perbaikan Pembelajaran
Dalam menulis sebuah pantun, seorang
penulis harus mampu mengembangkan imajinasi dan idenya. Seorang penulis harus
terampil dan peka terhadap keadaan sekitar, karena dengan melihat keadaan
sekitar penulis bisa mengoptimalkan imajinasi dan ide yang dimiliki. Hamalik
(2010:170) menyatakan bahwa siswa adalah suatu organisme yang hidup, didalam
dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang.
Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja
sendiri.
Melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis
pantun, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serta dapat melatih
siswa untuk menyelesaikan masalah. Suprijono (2012:91) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sesuai dengan namanya “Thinking”
pembelajaran ini di awali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait
dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta
didik.
Model pembelajaran. Model
Pembelajaran Think Pair Share
Frank
Lyman (dalam Trianto 2011:61) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think
Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu. Sesuai dengan namanya “Thinking” pembelajaran ini di awali
dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan
jawabanya. Selanjutnya “Pairing” pada tahap ini guru meminta peserta didik
untuk berpasang-pasangan, kemudian memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk
berdiskusi. Pada kegiatan diskusi diharapkan dapat memperdalam makna dari
jawaban yang telah dipikirkanya melalui intersubjektif (mengungkapkan jawaban
masing-masing individu) dengan pasanganya. Hasilnya dibicarakan dengan pasangan
seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dengan berbagi jawaban
(share) diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong suasana kelompok aktif
Kelebihan model pembelajaran think pair share adalah:
1.
Siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran
2.
Melatih siswa
untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
3.
Interaksi siswa
mudah terjadi dan saling aktif
4.
Lebih cepat
membentuk kelompoknya karena berpasangan
5.
Timbul Rasa percaya diri kepada siswa
6.
Melatih siswa
untuk berbicara di depan umum
Kekurangan model pembelajaran think pair share adalah:
1.
Banyak kelompok
yang perlu diawasi guru
2.
Ide yang
dihasilkan siswa lebih sedikit karena hanya
berpasangan
3.
Bergantungnya
siswa pada pasangannya
4.
Kalau ada
perselisihan yang tidak mau mengalah tidak ada penengahnya
Keterampilan
berbahasa dapat
diperoleh melalui satu hubungan yang urut dan teratur.
Mula-mula manusia belajar keterampilan menyimak bahasa, kemudian berbicara,
membaca dan yang terakhir belajar keterampilan menulis. Sebagai
satu jenis keterampilan, menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan
jalan praktik dan banyak pelatihan. Keterampilan menulis akan meningkat jika
semakin sering praktik dan belajar menulis.
Menulis
memiliki banyak definisi berdasarkan berbagai sudut pandang. Secara sederhana,
menulis diartikan sebagai proses menghasilkan bunyi.
Pengertian
menulis secara lebih kompleks disampaikan oleh Saleh Abbas (2006: 125) yang
menyatakan kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan
gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang kita miliki
perlu sebuah media dalam pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran
Nana Sudjana (2009: 1) mengartikan media
pengajaran sebagai alat. Bantu
pengajaran. Sedangkan Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2009: 4) menyatakan media
pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Rudi Susilana (2009: 6)
memberikan batasan bahwa (a) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (b)
materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, (c) tujuan yang ingin
dicapai ialah proses pembelajaran. Azhar Arsyad (2009: 81)
mengelompokkan media menjadi lima jenis yaitu:
1)
media berbasis manusia, misalnya guru, instruktur, tutor, main peran.
2)
media berbasis cetakan, misalnya buku, penuntun dan buku
kerja/latihan.
3)
media berbasis visual, misalnya buku, chart, grafik, peta dan gambar.
4)
media berbasis audio-visual, misalnya video, film dan televisi.
5)
media berbasis komputer dengan komputer dan video interaktif. ( Power Point )
1.
Pengertian Media Power Point
Hamalik
(2008) menyebutkan bahwa jenis teknologi yang digunakan dalam pengajaran
terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip, televisi, dan kaset video) dan
komputer. Media komputer adalah salah satu media interaktif yang memiliki peran
utama untuk memproses informasi secara cermat, cepat dan dengan hasil yang
akurat. Sebagai sebuah media pembelajaran komputer dapat membangkitkan minat
dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer
sendiri dapat berfungsi sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian
dapat menjadi sumber belajar bagi seorang siswa beberapa bagian utama dalam
pembelajaran yang menggunakan media komputer.
Daryanto (2006:31) mengatakan stand alone adalah
pola penyajian Microsoft Office Power Point yang dirancang khusus untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif. Setiap siswa dapat
mempelajari materi pelajaran secara individual. Siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya sehingga penggunaan Microsoft Office Power Point dengan pola penyajian stand alone diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Kelebihan dan
Kekurangan Media Power Point
Menurut
Sanaky(2009), Microsoft powerpoint memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan
microsoft powerpoint antara lain:
Keunggulan/
kelebihan power point yaitu salah
satu fitur menyediakan kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik
yang memainkan seluruh presentasi atau efek suara untuk slide tertentu. Selain
kemampuan untuk menambahkan file suara, presentasi dapat dirancang untuk
berjalan, seperti film, sendiri. PowerPoint memungkinkan pengguna untuk merekam
slide show dengan narasi dan laser pointer. Pengguna dapat menyesuaikan
tampilan slide untuk menampilkan slide dalam urutan yang berbeda dari awalnya
dirancang dan memiliki slide muncul beberapa kali. Microsoft juga menawarkan
kemampuan untuk menyiarkan presentasi untuk pengguna tertentu melalui link dan
Windows Live. Dan kelebihan yang lain dari power point adalah sebagai berikut.
1.
Praktis, dapat dipergunakan untuk semua
ukuran kelas
2.
Memberikan kemungkinan tatap muka dan
mengamati respons siswa
3.
Memiliki variasi teknik penyajian yang
menarik dan tidak membosankan
4.
Dapat menyajikan berbagai kombinasi
clipart, picture, warna, animasi dan suara sehingga membuat siswa lebih
tertarik
5.
Dapat dipergunakan berulang-ulang
1.
Kelemahan
diantaranya adalah:
2.
Pengadaannya mahal dan tidak semua
sekolah dapat memiliki
3.
Tidak semua materi
dapat disajikan dengan menggunakan powerpoint
4.
Membutuhkan keterampilan
khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide
yang baik pada desain program komputer
microsoft powerpoint sehingga mudah dicerna oleh
penerima pesan
5.
Memerlukan persiapan yang matang, bila
menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks.
Secara sederhana langkah
–langkah Pembelajaran Think Pair Share
1.
Guru menyiapkan media pembelajaran berupa Powerpoint guna menunjang
2.
pembelajaran (Eksplorasi).Siswa mengamati bagaimana cara membuat/ menulis
pantun dengan contoh yang diperlihatkan guru pada Powerpoint (Eksplorasi).
3.
Siswa melengkapi / menyempurnakan contoh pantun yang diperlihatkan guru
pada Powerpoint
(Eksplorasi).
4.
Guru menunjuk salah satu siswa untuk mencoba melengkapi pantun tersebut (Eksplorasi).
5.
Siswa yang lain memperhatikan dan berpikir mengenai jawaban yang tepat untuk
melengkapi pantun tersebut (Eksplorasi).
6.
Guru mulai menjelaskan tantang materi pantun, ciri-ciri pantun dan cara membuat / menulis pantun (Elaborasi).
7.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar membuat dan menulis pantun
sendiri dengan tema “persahabatan” (Elaborasi).
8.
Siswa diminta untuk berpikir (Think) tentang topik materi atau permasalahan yang
disampaikan guru secara individual, dibantu oleh guru dengan memberikan
pancingan pertanyaan. (Elaborasi).
9.
Siswa berapasangan (Pair) dengan teman sebelahnya atau membentuk kelompok yang
beranggotakan 2 orang (Elaborasi).
10.
Siswa mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi pada teman
sekelompok (Elaborasi).
11.
Siswa diberi waktu mengerjakan tugas selama 15 menit (Elaborasi).
12.
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan
hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa dikelas
(Elaborasi).
13.
Guru bersama siswa mengevaluasi pekerjaan masing-masing kelompok mengenai
pantun yang sudah dibuat (Konfirmasi).
14.
Guru bersama siswa bertanya jawab dan meluruskan kesalahan Pemahaman dalam
kegiatan menulis
pantun yang
dilakukan (Konfirmasi).
15.
Guru memberi penguatan dan komentar positif pada siswa/kelompok dengan kinerja
terbaik (Konfirmasi).
16.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali mengenai materi pembelajaran yang belum paham (Konfirmasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar