Selasa, 29 November 2011

          
SEJARAH BERDIRINYA
MERAJAN AGUNG DI BENDUL
 

     Diceritakan kembali setelah I Dewa Gde Subagan berangkat ke Budakeling, adiknya I Dewa Made Bangbang juga telah bersiap-siap berangkat ke puri Gelgel untuk menggantikan tugas kakaknya sebagai senapati kerajaan. Tetapi sebelumnya mereka berdua terlebih dahulu tidak lupa menghaturkan sembah bakti di Mrajan Gede mohon kepada Ida Betara Ratu Mas Meketel agar diberikan keselamatan dalam menjalankan tugas nanti serta direstui dan dilindungi. Setelah selesai sembahyang, I Dewa Made Bangbang akhirnya berangkat. Di dalam perjalanannya beliau tidak diikuti oleh seorangpun pengawalnya. Tepat matahari berada di atas kepala, beliau menghentikan langkahnya untuk istirahat sebentar dibawah pohon yang sangat besar dan tinggi. Nah karena saking besar tinggi dan rindangnya pohon tersebut, membuat I Dewa Made Bangbang menjadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Di dalam tidurnya lalu beliau bermimpi didatangi oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel dan ayahndanya I Dewa Bangbang Bangun Sakti yang memberitahukan bahwa pohon di tempatnya beristirahat itu, bernama pohon Bendul. Ayahndanya menyuruhnya untuk membangun sebuah merajan lagi disana. Oleh karena itu, beliau kembali mohon petunjuk  dimana saja harus mendirikan pelinggih-pelinggihnya. Lalu ayahndanya memberikan petunjuk dan berkata,
     “Anakku tidak usah khawatir, besok pagi kamu sudah lihat petunjuk itu yang langsung akan diberikan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel sendiri”.
Kemudian Ida Betara Ratu Mas Meketel bersabda,
     “Wahai Made Bangbang, malam ini kamu harus tidur di hutan ini, bermeditasilah untuk keselarasan hutan ini karena hutan ini suatu saat nanti akan menjadi sebuah pemukiman atau perkampungan dan kamu dan seluruh keturunanmu akan bermukim disini selamanya. Untuk itu, besok pagi kamu tinggal memberi tanda tempat-tempat yang menyembulkan air, dimana air tersembul disana akan muncul sebutir batu hitam yang nantinya bisa kamu pakai sebagai dasar pendeman merajan. Satu lagi pesanku untuk sementara kamu tinggallah di suatu tempat yang nanti aku akan tuntun dengan seekor kidang emas kahyangan, kidang itu nanti yang akan menunjukkan tempat tinggalmu sementara. Nah sekarang aku akan pulang ke kahyangan bersama ayahndamu dan jaga dirimi baik-baik.”

     Setelah bermimpi seperti itu, I Dewa Made Bangbang langsung terbangun dari tidurnya. Beliau menoleh kanan kiri seolah-olah mencari keberadaan ayahndanya. Tetapi di hutan itu tidak ada siapa-siapa. Dan hanya dilihat seekor kidang mas yang sangat lucu. Sesekali kidang itu mengelus dan mencium kaki dan tangan beliau. I Dewa Made Bangbang merasakan hal yang aneh, merasa seperti dielus-elus oleh ibundanya I Dewa Ayu Adnyaswari yang sangat lembut. Lalu beliau berkata pada kidang itu, wahai kidang, kamu sangat kasih dan sayang terhadapku. Apakah kamu adalah utusan dari Ida Betara Ratu Mas Meketel ?. Kidang mas itu sepertinya mengerti dengan apa yang diucapkan oleh I Dewa Made Bangbang. Kidang itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berlari ke arah timur laut dan datang kembali dengan membawa buah-buahan. Beliau heran dan bengong melihat tingkah laku kidang mas itu. Seolah-olah kidang itu tau apa keinginan beliau yaitu beliau sekarang sedang lapar, dan kidang itu pergi untuk mencarikan buah-buahan. Dengan lahapnya I Dewa Made Bangbang makan buah-buahan yang dibawakan oleh kidang mas. Kidang itu memandang beliau lalu duduk di pangkuannya. Rasa sejuk mengalir ke seluruh tubuh beliau tatkala kidang itu kembali menjilat seluruh jari-jari kaki beliau. Setelah I Dewa Made Bangbang selesai makan, kidang itu melompat dari pangkuannya, seolah-olah mengajak untuk melanjutkan tugas beliau kembali. Kidang tersebut menarik ujung kain yang dikenakan I Dewa Made Bangbang dan diajak ke suatu tempat. Dan setelah tiba, kidang itu duduk seperti pertapa kepalanya dianggik-anggukkan sepertinya menyuruh beliau untuk mengikuti sikapnya. Saat itu hari sudah tengah hari, kidang mas dan I Dewa Made Bangbang masih tetap bersemadi diam dengan mata yang terpejam. Entah sudah berapa lama keduanya bersemadi mohon kehadapan Ida Betara Ratu Mas Meketel untuk menunjukkan tempat yang akan dibangun pelinggih, hingga akhirnya beliau tiba-tiba mencium bau yang sangat harum sekali dan diiringi dengan gema sabda lagi,
     “Wahai Made Bangbang, sekarang bukalah matamu dan lihatlah tanda-tanda yang sudah aku buat”.
Begitu I Dewa Made Bangbang dan kidang mas itu membuka matanya, mereka melihat secercah sinar biru melayang-layang di udara, setiap ada gema suara, sinar itu berubah dari kecil menjadi besar. Kembali terdengan sabda ,
     “Lihatlah air yang menyembul dari dalam tanah dan sebentar akan keluar batu hitam yang nanti kamu pergunakan  sebagai dasar pelinggih. Dimana air yang menyembul dan kembali tertutup batu hitam, disanalah kamu nanti membuat pelinggih”
Bau harum tadi adalah berasal dari semburan air itu. Sinar biru itu kembali bergema dan terdengar sabda lagi,
     “Sekarang kamu pergilah ke arah barat laut bersama kidang mas, nanti dia akan menunjukkan tempat dimana kamu harus membuat tempat tinggal sementara hingga pada saatnya nanti kamu harus membangun sebuah merajan yang sesuai dengan petunjukku. Untuk sementara biarkanlah batu-batu itu di tempatnya saja”
Lalu I Dewa Made Bangbang berkata,
     “Baiklah Ratu Betara hamba akan mengikuti segala petunjuk Ratu Betara”

Begitu selesai sabda Ida Betara, lenyap pula sinar biru itu. I Dewa Made Bangbang dan kidang mas melanjutkan perjalanannya ke arah barat laut hingga pada suatu tempat, kidang mas berhenti kemudian berputar-putar mencium ibu pertiwi di sekitarnya. Setelah berhenti kidang mas memandang kearah I Dewa Made Bangbang sambil kakinya yang di depan di hentak-hentakkan sepertinya berkata kepada beliau bahwa disinilah tempat untuk membangun sebuah rumah. I Dewa Made Bangbang mengerti akan maksud kidang mas dan berkata,
     “Wahai engkau kidang mas, aku tau maksudmu, kau bilang aku harus bangun sebuah rumah disini”.
Kidang mas menganggukkan kepalanya lalu beliau membungkuk mengelus-elus kepala kidang mas dan mengedip-ngedipkan matanya.
     Setelah itu, kidang mas berubah wujud menjadi seorang wanita yang sangat cantik dan sudah sangat dikenal oleh I Dewa Made Bangbang. Putri itu adalah ibunya sendiri I Dewa Ayu Adnyaswari. Lalu I Dewa Made Bangbang menghaturkan sembah dan berkata,
     “Apa yang harus nanda lakukan sekarang?”
Kemudian ibundanya berkata,
     “Anakku, ibu ditugaskan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel untuk mengikuti perjalananmu menuju puri Gelgel. Tapi kamu akan menjalankan tugas dari sini saja dan tidak menetap di Gelgel. Karena Ida Betara Ratu Mas Meketel telah menentukan tempat ini. Bangunlah sebuah rumah disini karena di kemudian hari nanti, tempat ini akan menjadi sebuah perkampungan yang ramai. Nah anakku, tugas ibu menemanimu kesini sudah selesai, sekarang ibu akan kembali ke Kahyangan, jaga dirimui baik-baik”
     Sekarang diceritakan di tempat dimana I Dewa Made Bangbang akan membangun rumah, banyak sekali ditumbuhi pohon bambu Maka beliau mengeluarkan pusaka yang diwariskan oleh ayahndanya. Begitu dikeluarkan dari warangkanya, secercah sinar ungu kekuning-kuningan mengelilingi keris itu, dan tak lupa pula I Dewa Made Bangbang mohon restu ayahndanya untuk mempergunakan pusakanya. Lalu I Dewa Made Bangbang menyabetkan keris Ki Kobar Baleman. Begitu disabetkan, keluarlah sinar biru disertai kobaran api menimpa pohon bambu itu hingga langsung menjadi abu. Sekarang nampaklah hamparan abu saja yang masih panas.Dan disinilah I Dewa Made Bangbang membangun sebuah rumah yang sederhana dan dari sini pula beliau menjalankan tugas-tugas sebagai senapati utama kerajaan Gelgel.
     Merajan yang dibangun nantinya diberi nama MRAJAN AGUNG dan akan dibangun setelah keturunan I Dewa Made Bangbang menginjak dewasa.












=====*****=====
 

I DEWA MADE BANGBANG
DAN KETURUNANNYA
 

     Sekarang diceritakan bahwa segala tugas yang dibebankan kepada I Dewa Made Bangbang selalu dikerjakan dengan sukses hingga Ida Dalem Segening merasa bangga memiliki seorang senapati yang tangguh. Oleh karena itu, banyak putri yang terpaut hatinya melihat ketampanannya hingga pada suatu saat beliau kedatangan seorang tamu yang sudah sangat dikenalnya yaitu sahabatnya I Dewa Gde Bakas yang merupakan putra tertua dari I Dewa Tambahan. Perlu dijelaskan disini I Dewa Gde Bakas adalah kakak sepupu dari I Dewa Made Bangbang. Dengan kedatangan saudara sepupunya itu I Dewa Made Bangbang langsung memeluk kakaknya dan bertanya,
     “Kanda ada apa gerangan yang membawa kanda datang ke tempatku ini dengan mendadak?”.
Lalu kakaknya menjawab,
     “Adikku Made Bangbang, kanda datang kesini hanya kebetulan saja, karena kanda dengar dinda tidak tinggal di Akah lagi maka kanda datang kesini ingin melihatmu sekalian kanda ingin memperkenalkan adikku yang paling kecil. Mungkin dinda tidak tau dan tidak kenal”.
I Dewa Made Bangbang menjawab,
     “Apa kanda bilang?? Kanda masih punya adik lagi?? Setahuku kanda punya adik tiga orang dan semuanya laki-laki. Adik yang mana maksud kanda??.
Lalu I Dewa Gde Bakas kembali berkata,
     “Adikku ini dinda namanya I Dewa Ayu Swamba” sambil menarik adiknya dan memperkenalkannya.
Begitu melihat adiknya itu, I Dewa Made Bangbang menjadi bengong melongo terpesona akan kecantikannya. Dalam kebingungannya itu, I Dewa Gde Bakas memecah kesunyian dan berkata ,
     “Hai adikku Made Bangbang, kenapa kamu diam saja”
Lagi-lagi Dewa Made Bangbang tersipu menjawab pertanyaan kakandanya dan berkata,        
  “Ya….ya….kanda”.
Hanya itu yang keluar dari bibir I Dewa Made Bangbang. Kemudian I Dewa Gde Bakas berkata,
     “Nah Made Bangbang, adikku ini tinggal di Bangli, jadi setiap adik datang keTambahan dia tidak ada. Kemarin kebetulan dia pulang ke Tambahan sekalian kanda ajak berkunjung kesini”.
Pikiran I Dewa Made Bangbang menjadi linglung, apa yang diucapkan oleh kakak sepupunya itu, tidak didengarkan, pikirannya hanya tertuju pada putri itu saja . Namun I Dewa Gde Bakas sudah tau  akan hal itu sehingga mengalihkan pembicaraan dengan bertanya,
     “Adikku bagaimana dengan tugas-tugas yang diberikan oleh Ida Dalem kepadamu? Apakah lancar dan sukses?.
Dengan pertanyaan begitu baru I  Dewa Made Bangbang bisa berkata dan menjawab,
     “Ya kanda atas restu Ida Sang Hyang Widi, apa yang ditugaskan ayahnda prabu Dalem Segening, dapat dinda laksanakan dengan baik”.

     Akhirnya setelah selesai dijamu seperti biasanya, dan sudah cukup lama kakak sepupu dan adiknya bertamu, I Dewa Gde Bakas mohon diri pada adik sepupunya. Setelah itu berlalu, I Dewa Made Bangbang pikirannya berkecamuk, tidak enak makan dan tidur, selalu teringat dengan I Dewa Ayu Swamba. Demikian pula sebaliknya, hal yang sama juga terjadi di Tambahan. I Dewa Ayu Swamba juga merasakan hal yang sama. Bahkan biasanya dia langsung ke Bangli, akan tetapi dia betah tinggal di Tambahan. Bahkan kemana kakaknya I Dewa Gde Bakas pergi, dia selalu ikut. Melihat akan hal itu, I Dewa Gde Bakas bertanya pada adiknya,
     “Adikku Ayu Swamba, ada apa sebenarnya kamu ini selalu bengong dan tidak mau bicara. Biasanya kamu tidak betah tinggal di Tambahan dan banyak bicaranya, tapi sekarang berbeda, kenapa”?.
I Dewa Ayu Swamba tidak menjawab, hanya senyum-senyum saja. Kembali kakaknya bertanya,
     “Ayo katakana ada apa? Apa kamu tertarik dengan Made Bangbang?”.
Kembali Dewa Ayu Swamba tersenyum dan langsung lari ke kamarnya. Berarti dengan begitu, I Dewa Gde Bakas tau akan keinginan adiknya itu. Akhirnya I Dewa Gde Bakas mengambil sikap dengan memanggil kedua adiknya itu dan langsung bertanya,
     “Nah adik-adikku berdua, sekarang kalian sudah berdua dihadapanku, kakak akan bertanya apakah kalian saling mencintai??”
Mendengar pertanyaan kakaknya begitu, keduanya menganggukkan kepalanya bersamaan pula.. Maka legalah perasaan I Dewa Gde Bakas  dan kembali berkata,
     “Baiklah kalau begitu, memang sebenarnya tujuanku adalah untuk menjodohkan kalian berdua maka aku ajak Ayu Swamba berkunjung ke rumah adik Made Bangbang dan kebetulan kalian berdua sama-sama saling jatuh cinta. Syukurlah kakak merestui hubungan kalian ini dan kakak akan segera mencarikan hari padewasaan yang baik untuk melangsungkan upacara pawiwahannya”
Kedua adiknya itu hanya bisa tersenyum saja.
     Singkat cerita I Dewa Made Bangbang dengan I Dewa Ayu Swamba telah melangsungkan upacara perkawinannya. Hadir dalam upacara itu, Ida Dalem Segening beserta pembesar kerajaan yang lainnya. Dan selanjutnya mereka berdua menurunkan 2 orang keturunan yaitu yang pertama bernama I Dewa Gde Gelepuk, dan yang kedua bernama I Dewa Made.
      Setelah I Dewa Gde Gelepuk dan I Dewa Made dewasa, ayahndanya I Dewa Made Bangbang berangkat dari rumahnya menuju ke tempat dimana beliau disuruh mendirikan sebuah merajan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel yaitu dibawah pohon bendul. Disana beliau membabat hutan dan mendirikan mrajan. Merajan yang beliau dirikan diberi nama “MERAJAN AGUNG” disini juga didirikan pelinggih untuk berstananya Ida Betara Ratu Mas Meketel. Beliau juga mendirikan sebuah rumah disamping mrajan, agar lebih dekat untuk berbakti mohon agar keturunan beliau sehat dan bahagia. Dan juga beliau sering bermeditasi mohon pada Ida Sang Hyang Widi agar rakyat hidup sejahtera dan terhindar dari pertempuran dan penyakit.






=====*****=====

 

TUGAS KERAJAAN PADA KETURUNAN
 I DEWA MADE BANGBANG
 

     Sekarang diceritakan karena I Dewa Made Bangbang telah tua, maka jabatan sebagai senopati utama kerajaan diserahkan kepada anaknya yang kedua yang bernama I Dewa Made. Dan pada saat ini, tampuk pemerintahan sudah dipegang oleh raja Ida Dalem Dimade. (Tahun 1665 – 1686 Masehi) Oleh Ida Dalem, I Dewa Made disuruh bertempat tinggal di Gelgel supaya dekat karena pada waktu itu di Gelgel sering terjadi pemberontakan oleh para pembesar kerajaan, karena merasa tidak puas atas kebijakan raja Ida Dalem Dimade. Sedangkan putra I Dewa Made Bangbang yang sulung yaitu I Dewa Gde Gelepuk ditugaskan sebagai penasehat kerajaan. dan tidak perlu harus tinggal di Gelgel. Disamping itu juga I Dewa Gde Gelepuk telah di winten dan menjadi jan banggul yang pertama di Mrajan Agung di Bendul.

     Sebagai penasehat kerajaan, tentunya kedudukan itu sangatlah terhormat, beliau sangat disegani di kerajaan Gelgel karena setiap ada permasalahan, beliau selalu bisa menyelesaikan dengan baik-baik. Setelah lama beliau mengabdi tanpa didampingi oleh seorang istri, maka beliau mempersunting putri salah satu dari I Dewa Gedong Arta yang bernama I Dewa Ayu Smarabawa. Singkat cerita, dari perkawinan itu, beliau menurunkan tiga orang putra yang pertama diberi nama I Dewa Gde Bendul, karena tepat lahir di bawah pohon bendul, yang kedua diberi nama I Dewa Made Kompyang, dan yang terakhir diberi nama I Dewa Nyoman Wangun.

     Memang sudah karena turun temurun menjadi pejabat kerajaan, maka setelah dewasa I Dewa Gde Bendul diangkat oleh Raja Ida Dalem Dimade menjadi penasehat kerajaan menggantikan kedudukan ayahnya. Adiknya I Dewa Made Kompyang diangkat menjadi bendahara kerajaan. Sedangkan adik bungsunya I Dewa Nyoman Wangun, lebih senang melakukan meditasi hingga banyak sekali mendapatkan wahyu dan paica hingga membuat I Dewa Nyoman Wangun sangat sakti. Oleh karena itu, oleh raja beliau diangkat menjadi seorang panglima perang, dan sangat disegani oleh seluruh rakyat.
    I Dewa Gde Bendul mempersunting seorang gadis, putri dari I Dewa Nusa yang bernama I Dewa Ayu Srigati. Dari perkawinannya itu melahirkan keturunan yang diberi nama I Dewa Gde Mudung. Dan setelah dewasa, I Dewa Gde Mudung diangkat menjadi penasehat kerajaan menggantikan kedudukan ayahnya yang sudah tua. Pada saat inilah di kerajaan Gelgel terjadi pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti yang ingin menguasai kerajaan, sehingga kerajaan jatuh ke tangan I Gusti Agung Maruti. Ida Dalem Dimade beserta para pembesar kerajaan yang lainnya mengungsi ke Desa Guliang,Bangli. Sementara itu, I Dewa Gde Mudung masih bertempat tinggal di Bendul begitu juga sanak keluarga di Gelgel dari keturunan I Dewa Made.
Disini penulis tidak akan menceritakan bagaimana situasi kerajaan saat dipimpin oleh I Gusti Agung Maruti. (Tahun 1686 – 1705 Masehi).
 Ida Dalem Dimade mengungsi bersama keluarga serta anak beliau yaitu Ida I Dewa Agung Jambe. Setelah menyusun strategi di daerah pengungsian, maka putra Ida Dalem Dimade beserta rakyat yang masih setia balik menyerang I Gusti Agung Maruti ke kerajaan Gelgel. Singkat cerita, kerajaan kembali dapat direbut. Atas kebijakan dari I Dewa Agung Jambe, pusat kerajaan dipindahkan dari Gelgel ke Semarapura yang kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Klungkung. (Tahun 1710 – 1775 Masehi). Oleh Ida I Dewa Agung Jambe, seluruh kerabat kerajaan dipanggil dan dikembalikan kedudukannya semula termasuk Dewa Gde Mudung tetap menjadi penasehat kerajaan.          








Data Lengkap ada di Rumah Sang Nyoman Bangbang Kusuma Jaya asli Keturunan I Dewa Bangbang Bangun Sakti Jalan Patimura Gang II No.5A Semarapura  Tengah Klungkung Bali








KETURUNAN DARI “I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

       

                             KETURUNAN DARI

                   “I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”



 

Perlu diketahui bahwa I Dewa Bangbang Bangun Sakti mempunyai perawakan yang tegap, parasnya tampan, dan penuh wibawa serta dihormati di kalangan kerabat kerajaan dan rakyat Gelgel sehingga banyak wanita yang tertarik dan ingin dipersunting oleh beliau. Entah bagaimana atau memang sudah kehendak Dewata juga karena sudah jodoh akhirnya beliau mempersunting seorang putri yang masih saudara sepupunya yaitu putri paman beliau yaitu I Dewa Gedong Artha yang bernama I Dewa Ayu Adnyasuari.
Singkat cerita, dari perkawinannya itu, beliau menurunkan 2 orang putra yang sangat tampan tampan. Yang pertama bernama I Dewa Gde Subagan, sedangkan yang kedua bernama I Dewa Made Bangbang. Setelah sekian lama I Dewa Bangbang Bangun Sakti mengabdikan diri pada kerajaan Gelgel dan setelah putra beliau besar, beliau tidak lupa memberikan petuah dan nasehat kepada kedua putranya itu dan juga karena beliau sudah dipanggil kembali oleh Ida Bethara Siwa untuk kembali ke kahyangan, beliau berpesan kepada kedua putranya,
“Wahai putra putraku berdua, jadilah engkau putra yang perkasa putra yang berguna untuk tanah kelahiran dan satu lagi yang sangat penting bahwa ayahnda telah mengucapkan sumpah bahwa ayahnda dengan pamanmu I Dewa Sukawati telah bersumpah dahulu untuk menjadi saudara sehidup semati, nanti keturunanmu dan keturunan pamanmu harus bersatu tidak boleh bermusuhan tidak boleh saling menyakiti apalagi ada dendam dan bila hal itu terjadi hidupmu tidak akan berbahagia walaupun engkau hidup bergelimang harta karena antara keturunan ayahnda dengan keturunan pamanmu adalah satu kawitan harus saling sumbah, saling parid ingat akan hal itu . Satu lagi pesan ayahnda yaitu apapun nanti yang akan terjadi di bumi Bali ini, engkau harus tetap mengabdikan dirimu pada kerajaan Gelgel. Sekarang ayahnda memiliki tiga buah benda pusaka, yaitu Mirah Menjangan akan ayahnda taruh di pura kawitan kita yaitu Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti karena permata ini ayahnda bawa dari kahyangan saat ayahnda lahir. Dua yang lainnya akan ayahnda wariskan pada kalian berdua yaitu Keris Ki Kobar Baleman ayahnda akan wariskan pada putraku I Dewa Made Bangbang sedangkan pusaka Alu dan Lesung Emas kuwariskan pada nanda I Dewa Gde Subagan. Dan juga perlu ananda berdua ketahui bahwa ayahnda beserta seluruh rakyat disini pada waktu merabas hutan ini menjadi sebuah desa ayahnda beri nama Desa Gembalan, ayahnda menemukan sebuah batu lempeng hitam dan di batu hitam inilah ayahnda setiap hari memohon keselamatan seluruh rakyat, dan bila nanti kalian berdua ingin bertemu dengan ayahnda kalian cukup memohon di atas batu lempengan itu, karena batu itu adalah tempat masuknya ke  alam kahyangan. Nah nanti sampaikan ke seluruh keturunanmu untuk tetap mengunjungi tempat ayahnda di batu hitam lempeng itu. Apabila kalian berdua beserta keturunanmu nanti telah bersih jiwa dan ragamu, kalian akan bisa melihat ayahnda dari batu lempeng itu, akan tetapi apabila kalian dan keturunanmu nanti masuk dalam keadaan leteh, kalian nanti akan bisa kena hukuman dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel karena beliau yang bersemayam disana, kalian akan bisa menjadi gila, badan menjadi panas, dan akan bisa bisu dan apabila hal ini terjadi, kalian beserta keturunanmu nanti dan seluruh warga disini harus menghaturkan banten Guru Piduka mohon ampunan kehadapan Ida Bethara Ratu Mas Meketel agar dimaafkan. Nah nanda berdua, kukira cukup pesan dari ayahnda, sekarang ayahnda beserta ibumu akan pergi ke alam Siwaloka untuk memenuhi panggilan Ida Bethara Siwa, juga hari telah menjelang tengah malam menjelang purnama kartika” .
Kedua putra beliau merasa sangat sedih akan ditinggal kedua orang tuanya tercinta, akan tetapi keduanya tidak meneteskan air mata sedikitpun, keduanya sangat tegar menghadapi perpisahan itu meskipun mereka tau waktu tinggal beberapa saat saja untuk kedua orang tuanya akan moksah.
Akhirnya diceritakan begitu tepat tengah malam menuju purnama kartika, I Dewa Bangbang Bangun Sakti dan istrinya I Dewa Ayu Adnyasuari moksah disaksikan kedua putranya, beliau meniggalkan putranya tanpa bekas, hilang. Kedua putra beliau menghaturkan sembah mengiringi kepergian kedua orang tuanya. Sepeninggal kedua orang tuanya seluruh rakyat Gembalan memohon pada kedua putra beliau untuk memimpin mereka lagi. Kedua putra senopati Kerajaan Gelgel itu menyanggupinya dengan sepenuh hati dan dengan rasa tanggung jawab yang besar.



SEPAK TERJANG DUA PUTRA
I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”
 

Sekarang diceritakan karena Ida Dalem Waturenggong umurnya sudah sangatlah tua maka beliaupun sudah meninggalkan para putranya dengan cara yang moksah pula dan lebih dulu moksah dari I Dewa Bangbang Bangun Sakti. Beliau menyerahkan kekuasaan kerajaan Gelgel pada putranya yaitu Ida I Dewa Bekung yang kemudian bergelar Ida Dalem Bekung/Ida Dalem Pemahyun (Tahun 1550 – 1580 Masehi). Di masa pemerintahan beliau, banyak terjadi kekacauan. Para pembesar kerajaan merasa tidak puas dengan pemerintahan beliau, beberapa kerajaan bawahan Gelgel banyak yang melepaskan diri dan berdiri sendiri menyatakan diri merdeka. Oleh karena keadaannya seperti itu, maka tampuk pemerintahan diserahkan kepada adiknya yaitu I Dewa Segening yang kemudian bergelar Ida Dalem Segening. (Tahun 1580 – 1665 Masehi). Dalam pemerintahan Ida Dalem Segening banyak terjadi perubahan besar, semua sistem kepemerintahan diperbaharui dengan sempurna, semua pos yang penting dipegang keturunan Ida Dalem beserta kerabatnya dan pada saat itulah beliau memanggil I Dewa Gde Subagan dan I Dewa Made Bangbang untuk datang ke puri Agung Gelgel karena ada tugas yang akan diberikan. Sesampainya di puri Agung Gelgel keduanya langsung menghadap Ida Dalem Segening, beliau langsung memeluk keduanya sambil menangis dan berkata,         
      “Nanda berdua sekarang nanda berdua harus selalu berada di sampingku terus mendampingi ayahnda  menjalankan pemerintahan, karena ayahnda mengetahui nanda berdua pasti seperti kanda Bangbang Bangun Sakti, yang setia dengan ayahndaku Waturenggong dan tidak akan memberontak seperti yang lainnya. Ayahnda mohon dengan sangat kepada nanda berdua untuk selalu dekat denganku, karena ayahnda sangat percaya kepada nanda berdua”.
Kemudian kedua putra I Dewa Bangbang Bangun Sakti mengangguk tanda bersedia mematuhi perintah Ida Dalem Segening. Maka sangatlah ceria Ida Dalem Segening mendengar hal itu. Lalu beliau berkata,
“Baiklah sekarang nanda berdua bisa pulang, tetapi secepatnya nanda berdua harus mengemban tugas yang ayahnda berikan”.
     “ Baiklah ayahnda Prabu nanda akan selalu siap”.
 Begitu jawab kedua putra I Dewa Bangbang Bangun Sakti.
Dipeluknya keduanya lagi sambil beliau ucapkan terima kasih dan langsung kedua anandanya itu mohon pamit untuk pulang ke rumahnya di Gembalan yang letaknya persis di sebelah timur Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti.
Karena untuk memenuhi permintaan dari Ida Dalem Segening, maka I Dewa Gde Subagan dan I Dewa Made Bangbang sepakat berdua untuk meninggalkan Desa Gembalan. Tapi sebelum pergi, beliau berpesan kepada seluruh rakyat Gembalan agar Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti diempon oleh semua rakyat Gembalan dan juga menyerahkan seluruh tanah pelaba pura. Disamping itu juga beliau berpesan agar kelak keturunan beliau harus diberikan untuk ngaturang bakti serta diberikan pembagian ngaturang wewantenan. Maka Desa Gembalan dipercayakan beliau dipimpin oleh salah satu rakyatnya yang dianggap paling cakap untuk memimpin. Pada esok harinya beliau berdua meninggalkan Desa Gembalan rencananya menuju tempat yang sudah disediakan oleh Ida Dalem Segening di Puri Agung Gelgel yang maksudnya adalah untuk lebih dekat dengan kerajaan Gelgel.
















=====*******=====
              

KEAJAIBAN DARI

I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

 
Di tengah malam yang sangat sunyi, setitik sinar keemasan muncul dari timur laut, makin lama sinar itu makin membesar mendekati jagat Bali dan setelah sampai di tempat yang dituju, ternyata Ida Dalem Waturenggong terlebih dahulu sudah menunggu disana. Raja Bali itu menyambut kedatangan sinar tersebut yang tak lain adalah putra beliau yang datang dari alam kedewataan/alam Siwaloka. Putra bungsu I Dewa Bangli ini datang dari langit dengan diantar kereta kencana dan diiringi oleh widiadara dan widiadari alam surga. Begitu I Dewa Klenying menginjakkan kakinya di tanah Bali, hujan bunga dari langit diiringi senyum sang raja dan para widiadara dan widiadari. I Dewa Klenying langsung membungkuk menyambut ayahandanya seraya berkata,
”Ayahnda Prabu, nanda mengucapkan beribu terima kasih atas kasih dan sayang ayahnda, karena kalau bukan karena ayahnda, nanda tidak mungkin bisa menembus alam swarga yang begitu sempurna keadaannya”.
Lalu Ida Dalem Waturenggong berkata,
     ”Bangunlah anakku dan ucapkan terima kasih kepada Bethara Siwa dan para pengawalnya yang sudah dengan tulus ikhlas mengajar nanda segala macam ilmu yang kelak nanda harus amalkan di bumi persada ini”.
     “Baik ayahnda Prabu.”
begitu jawab I Dewa Klenying sambil menyembah lalu menghaturkan terima kasih kepada Bethara Siwa.
Kemudian Bethara Siwa bersabda,
     ”Nah Waturenggong dan kamu Klenying, aku akan kembali ke kahyangan karena tugasku sekarang sudah selesai, baik baik kalian berdua menjalani hidup di dunia ini jangan sombong dan takabur karena apabila aku dengar kalian begitu, maka segala apa yang kamu dapatkan di kahyangan akan aku tarik kembali”

Setelah Ida Bethara Siwa beserta rombongan kembali ke kahyangan, Ida Dalem Waturenggong memeluk anaknya dan berkata,
”Klenying putraku sekarang kau sudah lulus belajar di kahyangan, amalkan segala yang kamu dapatkan itu di kerajaan Bali tercinta ini”.
“Hamba pasti akan mengikuti segala perintah ayahnda prabu”, begitu jawab I Dewa Klenying.        
  Baiklah putraku, hari telah menjelang pagi sekarang ayahnda akan kembali ke kerajaan dan jaga dirimu baik baik”.
Begitu beliau selesai berkata, dalam sekejap mata, beliau langsung hilang.

Setelah berlalu sekian tahun, tugas yang dibebankan kepada I Dewa Klenying berjalan dengan sukses tanpa ada hambatan, hingga pada suatu saat Ida Dalem Waturenggong memanggil I Dewa Klenying menghadap ke kerajaan karena ada tugas yang sangat penting dibebankan kepadanya.Begitu mendapat perintah I Dewa Klenying langsung menuju istana kerajaan Gelgel. Begitu tiba di gerbang kerajaan, langsung menuju tempat peristirahatan sang raja. Semua punggawa kerajaan memberikan jalan dan memberi hormat pada I Dewa Klenying. Setibanya di hadapan raja, tak lupa beliau menghaturkan sembah sujud kepada raja sekaligus ayah angkatnya yang agung dan berwibawa. Dan berkata,
“Sembah hamba pada ayahnda prabu, tugas apa gerangan yang ananda harus laksanakan hingga begitu mendadak ayahnda memanggil nanda”.
Lalu sang raja bersabda,
     ”Putraku Klenying, sekarang tugasmu sangatlah berat, tetapi hanya kamulah yang bisa mengerjakan tugas ini’.
      “Baik ayahnda meskipun nyawa hamba sebagai taruhannya.” Jawab I Dewa Klenying.

     Karena kesaktian daripada Ida Dalem Waturenggong, maka beliau sudah bisa melihat keadaan masa depan I Dewa Klenying akan tewas oleh para Bujangga itu tapi selanjutnya beliau tidak mengetahuinya, tidak disangka beliau langsung menangis dihadapan I Dewa Klenying dan bersabda,
     ”Baiklah putraku, sekarang kamu akan menghadapi para Bujangga akibat keputusanku dahulu yang tidak akan menggunakan Bujangga dalam setiap upacara apapun dan akan ayahnda ganti menggunakan Peranda sesuai dengan petunjuk guruku Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Hati hatilah ananda dalam menghadapinya karena ilmunya sangat tinggi. Nah itulah maksud ayahnda memanggil ananda menghadap, sekarang berangkatlah ayahnda akan selalu mendoakanmu”.
Lalu I Dewa Klenying menjawab,
     “Hamba mohon pamit ayahnda prabu, semoga tugas yang dibebankan kepada ananda bisa nanda laksanakan dan berhasil”
     I Dewa Klenying menghaturkan sembah seraya pergi meninggalkan istana.

Di dalam perjalanan pulang, I Dewa Klenying terus berpikir karena ayahndanya pasti cemas memikirkan dirinya akan bertempur dengan para Bujangga itu, karena mereka sangat sakti. Tapi I Dewa Klenying akan mengeluarkan segala kemampuannya demi keamanan Bali beserta rakyat yang sangat dicintainya. Setibanya I Dewa Klenying di Gembalan, beliau disambut oleh seluruh prajuritnya beserta seluruh rakyat Gembalan, karena mereka semua penasaran dan segera ingin tahu tugas apa gerangan yang dibebankan kepada beliau.Lalu I Dewa Klenying  menjelaskan pada seluruh rakyatnya dan berkata,  
         Ayahanda menyuruh aku menghadapi para Bujangga yang protes karena kedudukannya sebagai pemimpin upacara digantikan oleh Pedanda”.
Mendengar perkataan begitu, semua rakyatnya merasa waswas karena sebagian rakyatnya tau akan kesaktian dan kehebatan dari para Bujangga itu.

     Akhirnya di suatu saat tepat di hari Anggarkasih Julungwangi ketika I Dewa Klenying sedang mengawasi prajuritnya yang berjaga, ada seorang Bujangga memancing suatu masalah, maka terjadilah perang mulut antara prajurit jaga tadi dengan seorang Bujangga itu. Dari adu mulut itu akhirnya sampai pada adu kesaktian. Karena prajurit I Dewa Klenying banyak, sedangkan Bujangga itu seorang diri, maka tentunya kalah Bujangga itu. Dia langsung berlari sambil memanggil teman temannya, setelah mereka semua datang maka terjadilah perang tanding yang dahsyat. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, semua prajurit Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga itu.
Melihat hal itu maka memuncaklah kemarahan I Dewa Klenying. Ditantangnya para Bujangga itu untuk melawan beliau. Tantangan itu disambut dengan gembira oleh para Bujangga tersebut karena memang inilah yang ditunggu tunggu oleh para Bujangga. Dengan seorang diri I Dewa Klenying melawan para Bujangga itu dengan disaksikan rakyat Gembalan dari kejauhan karena memang hal ini permintaan dari I Dewa Klenying yang tidak mau mengorbankan rakyatnya. Pertempuran itu terjadi dengan sengitnya. I Dewa Klenying bertempur seorang diri saja membuat para Bujangga kerepotan, beberapa para Bujangga banyak yang tewas. Pertempuran itu berlangsung dari pagi hingga matahari tepat diatas kepala. Karena banyaknya para Bujangga yang dilawan I Dewa Klenying, lambat laun tenaga I Dewa Klenying makin menurun, namun semangatnya tetap berkobar. Tepat matahari berada di atas kepala, I Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga dan gugurlah beliau. Para Bujangga bersorak kegirangan karena dapat mengalahkan putra tersayang dari Ida Dalem Waturenggong itu. Disisi lain, langit serasa berduka atas gugurnya perwira kerajaan itu, hujan gerimis langsung turun saat itu seolah ikut bersedih. Semua rakyat menangis histeris mengetahui beliau gurur di medan laga. Berduyun duyun rakyat menghampiri jasad I Dewa Klenying, karena sebelum berperang, beliau berpesan pada rakyatnya bahwa apabila saya nanti kalah di dalam pertempuran dengan para Bujangga itu, maka kuburkanlah jasadku langsung, buatkan aku lubang dan jangan jasadku dibungkus lagi dengan kain kafan.
Maka semua rakyat beliau beramai ramai membuat liang kubur. Kemudian jasad I Dewa Klenying diangkat menuju liang yang sudah disiapkan. Sesampainya disana, jasadnya diturunkan dan dimasukkan perlahan lahan kedalam liang kubur. Begitu jasad beliau menyentuh ibu pertiwi, tiba tiba menyembul air amerta yang baunya sangat harum sekali, dan bersamaan dengan itu, terdengar sabda dari langit,
 Bangunlah wahai kamu putra Bangli , kamu belum saatnya pulang ke asalmu,  masih banyak tugas yang belum kamu selesaikan. Aku Bethara Ratu Mas Meketel akan membangkitkan kamu sekaligus akan memberikan kesaktian yang tak tertandingi karena kamu berjiwa besar dan mau mengorbankan jiwa untuk rakyat dan Negara”.
Setelah selesai sabda Ida Bethara itu, air amerta (air kehidupan) secara gaib langsung memerciki seluruh jasad beliau, tiba tiba bangunlah I Dewa Klenying dari dalam liang kubur seperti tidak terjadi apa apa. Rakyat bersorak dan bersuka cita menyaksikan kejadian tadi. Kemudian kembali terdengar sabda,
Nah sekarang lawanlah kembali para Bujangga itu, niscaya kamu pasti akan menang karena sekarang kamu tidak seperti dulu lagi”.
Nah semenjak kejadian itu, nama I Dewa Bangli diganti oleh Ida Bethara Ratu Mas Meketel menjadi I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI yang artinya, orang sakti yang baru bangun dari kematian.
 Sementara itu para Bujangga yang masih disana, bengong menyaksikan kejadian tadi, mereka tidak mengira bahwa orang yang sudah mati bisa bangkit hidup kembali. Di dalam situasi seperti itu, I Dewa Bangbang Bangun Sakti memecah kesunyian dengan berkata kepada para Bujangga itu,
“Hai para Bujangga, mari kita lanjutkan pertempuran lagi”
Mendengar tantangan itu, kembali timbul amarah para Bujangga karena merasa mampu mengalahkan musuhnya, maka mulailah kembali pertempurannya. Akan tetapi sekarang karena I Dewa Bangbang Bangun Sakti telah mendapatkan kesaktian dari Ida Ratu Mas Meketel, maka dengan sekali mengibaskan tangan saja sudah terjadi angin topan disertai dengan gemuruhnya api, para Bujangga banyak yang tewas terpanggang.dan yang lainnya melarikan diri. I Dewa Bangbang Bangun Sakti merasa aneh dengan ilmu yang dimilikinya maka beliau menoleh ke sekeliling mencari asal sabda gaib tadi karena belum sempat mengucapkan terima kasih. Maka terdengarlah sabda lagi,
     Aku masih disini putra Bangli, aku belum pulang ke kahyangan. Ada sesuatu hal yang belum aku sampaikan padamu yaitu, tempat dimana engkau dikubur dan hidup kembali, engkau harus membangun sebuah pura agar nanti bisa dikenang oleh keturunanmu dan rakyatmu. Nanti apabila engkau ingin menemuiku kembali, maka sebutlah namaku 7 kali, niscaya aku akan menemuimi lagi.”
 “Baiklah paduka Bathara, hamba akan turuti dan patuhi segala permintaan paduka”.
Setelah itu kembali terdengar sabda,
     Nah sekarang aku akan kembali ke kahyangan, selamat tinggal putra Bangli yang perkasa”.
     Setelah Ida Bethara Ratu Mas Meketel ke kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung meninggalkan tempat itu menuju puri agung Gelgel menghadap ayahnda prabu untuk melaporkan tugasnya sudah selesai serta menjelaskan permintaan Ida Ratu Mas Meketel. Dalem Waturenggong sangat setuju dan merestui pembangunan pura/candi untuk mengenang  tempat wafat dan bangkit putra angkatnya itu. Lalu raja berkata,
     Sekarang beristirahatlah kamu dulu di puri, ayahanda bersama baudanda kerajaan akan membicarakan apa yang nanda sampaikan tadi sambil mencari dewasa yang baik dan tepat untuk pembangunan pura itu”.
     Setelah mendapat hari yang dianggap paling baik, maka pembangunan pura segera dimulai, bahkan pemasangan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Ida Dalem Waturenggong sendiri dan oleh beliau juga agar pura itu diberi nama Pura DALEM BANGBANG BANGUN SAKTI artinya pura tempat bangkitnya kembali I Dewa Klenying dari kematian . Pura itu tepat dibangun diatas bekas liang kubur I Dewa Klenying.
Ketenaran dan kebesaran nama I Dewa Klenying yang sudah berubah menjadi I Dewa Bangbang Bangun Sakti, semakin harum di mata rakyat Bali. Pura yang baru dibangun kelihatan sangat berwibawa karena yang berstana di pura itu adalah Ida Bethara Ratu Mas Meketel.Beliau adalah seorang Bethara istri yang berwibawa. Semua rakyat Gembalan sangat patuh dan taat. Pura tersebut pada mulanya dibangun menghadap ke barat, akan tetapi terjadi sesuatu hal yang gaib, pada saat diadakan pujawali, yaitu hari Buda Umanis Julungwangi, terjadilah sesuatu hal yang luar biasa. Pura Dalem yang luas itu seakan bergetar hebat seperti ada gempa, karena semua pelinggih yang ada di areal pura hidup seperti ada yang menggerakkan. Pura yang tadinya menghadap ke barat, berubah secara gaib menjadi menghadap ke selatan hingga sistem penempatan pelinggihnya tidak sesuai dengan Siwa Karma Bali. Sanggaran Agung yang menjadi ciri sebuah pura menurut Asta Kosala Kosali semestinya bertempat di timur laut.Namun disana Sanggaran Agung tempatnya adalah di Barat Laut. Kenapa terjadi hal yang seperti tadi dan apakah penyebabnya ? Melihat kejadian seperti itu akhirnya I Dewa Bangbang Bangun Sakti menghampiri pelinggih tempat berstananya Ida Bethara Ratu Mas Meketel, kemudian melakukan sembah menyatukan pikiran dengan alam kahyangan. Setelah pikiran beliau masuk ke dalam alam kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung menghadap Ida Bethara Ratu Mas Maketel. Dilihatnya raut Ida Bethara seperti bermuram tetapi merah membara tanda beliau marah. Setelah I Dewa Klenying menyembah, langsung Ida Bethara bersabda,
,”Wahai putra Bangli, mari mendekat aku sudah tau maksud kedatanganmu ke kahyangan, kau akan bertanya tentang pura tempat berstanaku kenapa bisa berubah. Nah agar kamu tau kenapa bisa berubah,  itu semua adalah karena kehendakku. Aku tidak senang melihat tingkah polah Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih (kencing) selalu menghadap ke timur bertepatan dengan saat aku menoleh ke barat, itu sebabnya aku rubah kedudukan pura itu menjadi menghadap ke selatan, biar aku tidak lagi melihat Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih. Nah sekarang kamu pulanglah, rakyat sedang menunggumu dengan perasaan yang gelisah, ceritakan pada seluruh rakyatmu seperti apa yang kuceritakan padamu tadi biar rakyatmu tidak bingung dan katakan juga agar jangan mengatakan yang bukan bukan tentang pura itu karena menyimpang dari Asta Kosala Kosali. Apabila aku dengar hal yang menyimpang, aku langsung akan memberikan peringatan.”
Baiklah semua petunjuk paduka Bethara akan hamba ingat dan laksanakan”.
Nah sekarang pulanglah”.
“Baik paduka Bethara, hamba mohon pamit dan mohon perlindungan untuk rakyat Gembalan seluruhnya.”
Sepertinya I Dewa Bangbang Bangun Sakti di alam kahyangan merasa hanya sebentar, akan tetapi di alam nyata ini hari sudah malam sekali. Beliau bermeditasi di siang hari tapi beliau sadar pada saat malam menjelang pagi. Namun rakyat Gembalan semua masih ada di areal pura menunggu sampai I Dewa Bangbang Bangun Sakti tersadar dari meditasinya. Beliau melihat rakyatnya sangat terharu karena kesetiaannya hari itu pula beliau menyampaikan pesan dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel, beliau minta agar semua rakyat mengikuti dan mematuhi Bhisama Ida Bethara Ratu Mas Meketel. Semenjak saat itu tidak ada lagi kejadian yang aneh aneh menimpa Ida I Dewa Bangbang Bangun Sakti beserta rakyatnya. Beliau hidup rukun saling hormat menghormati. Setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan kepala dingin.                  
              

KEAJAIBAN DARI

I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

 
Di tengah malam yang sangat sunyi, setitik sinar keemasan muncul dari timur laut, makin lama sinar itu makin membesar mendekati jagat Bali dan setelah sampai di tempat yang dituju, ternyata Ida Dalem Waturenggong terlebih dahulu sudah menunggu disana. Raja Bali itu menyambut kedatangan sinar tersebut yang tak lain adalah putra beliau yang datang dari alam kedewataan/alam Siwaloka. Putra bungsu I Dewa Bangli ini datang dari langit dengan diantar kereta kencana dan diiringi oleh widiadara dan widiadari alam surga. Begitu I Dewa Klenying menginjakkan kakinya di tanah Bali, hujan bunga dari langit diiringi senyum sang raja dan para widiadara dan widiadari. I Dewa Klenying langsung membungkuk menyambut ayahandanya seraya berkata,
”Ayahnda Prabu, nanda mengucapkan beribu terima kasih atas kasih dan sayang ayahnda, karena kalau bukan karena ayahnda, nanda tidak mungkin bisa menembus alam swarga yang begitu sempurna keadaannya”.
Lalu Ida Dalem Waturenggong berkata,
     ”Bangunlah anakku dan ucapkan terima kasih kepada Bethara Siwa dan para pengawalnya yang sudah dengan tulus ikhlas mengajar nanda segala macam ilmu yang kelak nanda harus amalkan di bumi persada ini”.
     “Baik ayahnda Prabu.”
begitu jawab I Dewa Klenying sambil menyembah lalu menghaturkan terima kasih kepada Bethara Siwa.
Kemudian Bethara Siwa bersabda,
     ”Nah Waturenggong dan kamu Klenying, aku akan kembali ke kahyangan karena tugasku sekarang sudah selesai, baik baik kalian berdua menjalani hidup di dunia ini jangan sombong dan takabur karena apabila aku dengar kalian begitu, maka segala apa yang kamu dapatkan di kahyangan akan aku tarik kembali”

Setelah Ida Bethara Siwa beserta rombongan kembali ke kahyangan, Ida Dalem Waturenggong memeluk anaknya dan berkata,
”Klenying putraku sekarang kau sudah lulus belajar di kahyangan, amalkan segala yang kamu dapatkan itu di kerajaan Bali tercinta ini”.
“Hamba pasti akan mengikuti segala perintah ayahnda prabu”, begitu jawab I Dewa Klenying.        
  “Baiklah putraku, hari telah menjelang pagi sekarang ayahnda akan kembali ke kerajaan dan jaga dirimu baik baik”.
Begitu beliau selesai berkata, dalam sekejap mata, beliau langsung hilang.

Setelah berlalu sekian tahun, tugas yang dibebankan kepada I Dewa Klenying berjalan dengan sukses tanpa ada hambatan, hingga pada suatu saat Ida Dalem Waturenggong memanggil I Dewa Klenying menghadap ke kerajaan karena ada tugas yang sangat penting dibebankan kepadanya.Begitu mendapat perintah I Dewa Klenying langsung menuju istana kerajaan Gelgel. Begitu tiba di gerbang kerajaan, langsung menuju tempat peristirahatan sang raja. Semua punggawa kerajaan memberikan jalan dan memberi hormat pada I Dewa Klenying. Setibanya di hadapan raja, tak lupa beliau menghaturkan sembah sujud kepada raja sekaligus ayah angkatnya yang agung dan berwibawa. Dan berkata,
“Sembah hamba pada ayahnda prabu, tugas apa gerangan yang ananda harus laksanakan hingga begitu mendadak ayahnda memanggil nanda”.
Lalu sang raja bersabda,
     ”Putraku Klenying, sekarang tugasmu sangatlah berat, tetapi hanya kamulah yang bisa mengerjakan tugas ini’.
      “Baik ayahnda meskipun nyawa hamba sebagai taruhannya.” Jawab I Dewa Klenying.

     Karena kesaktian daripada Ida Dalem Waturenggong, maka beliau sudah bisa melihat keadaan masa depan I Dewa Klenying akan tewas oleh para Bujangga itu tapi selanjutnya beliau tidak mengetahuinya, tidak disangka beliau langsung menangis dihadapan I Dewa Klenying dan bersabda,
     ”Baiklah putraku, sekarang kamu akan menghadapi para Bujangga akibat keputusanku dahulu yang tidak akan menggunakan Bujangga dalam setiap upacara apapun dan akan ayahnda ganti menggunakan Peranda sesuai dengan petunjuk guruku Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Hati hatilah ananda dalam menghadapinya karena ilmunya sangat tinggi. Nah itulah maksud ayahnda memanggil ananda menghadap, sekarang berangkatlah ayahnda akan selalu mendoakanmu”.
Lalu I Dewa Klenying menjawab,
     “Hamba mohon pamit ayahnda prabu, semoga tugas yang dibebankan kepada ananda bisa nanda laksanakan dan berhasil”
     I Dewa Klenying menghaturkan sembah seraya pergi meninggalkan istana.

Di dalam perjalanan pulang, I Dewa Klenying terus berpikir karena ayahndanya pasti cemas memikirkan dirinya akan bertempur dengan para Bujangga itu, karena mereka sangat sakti. Tapi I Dewa Klenying akan mengeluarkan segala kemampuannya demi keamanan Bali beserta rakyat yang sangat dicintainya. Setibanya I Dewa Klenying di Gembalan, beliau disambut oleh seluruh prajuritnya beserta seluruh rakyat Gembalan, karena mereka semua penasaran dan segera ingin tahu tugas apa gerangan yang dibebankan kepada beliau.Lalu I Dewa Klenying  menjelaskan pada seluruh rakyatnya dan berkata,  
         “Ayahanda menyuruh aku menghadapi para Bujangga yang protes karena kedudukannya sebagai pemimpin upacara digantikan oleh Pedanda”.
Mendengar perkataan begitu, semua rakyatnya merasa waswas karena sebagian rakyatnya tau akan kesaktian dan kehebatan dari para Bujangga itu.

     Akhirnya di suatu saat tepat di hari Anggarkasih Julungwangi ketika I Dewa Klenying sedang mengawasi prajuritnya yang berjaga, ada seorang Bujangga memancing suatu masalah, maka terjadilah perang mulut antara prajurit jaga tadi dengan seorang Bujangga itu. Dari adu mulut itu akhirnya sampai pada adu kesaktian. Karena prajurit I Dewa Klenying banyak, sedangkan Bujangga itu seorang diri, maka tentunya kalah Bujangga itu. Dia langsung berlari sambil memanggil teman temannya, setelah mereka semua datang maka terjadilah perang tanding yang dahsyat. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, semua prajurit Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga itu.
Melihat hal itu maka memuncaklah kemarahan I Dewa Klenying. Ditantangnya para Bujangga itu untuk melawan beliau. Tantangan itu disambut dengan gembira oleh para Bujangga tersebut karena memang inilah yang ditunggu tunggu oleh para Bujangga. Dengan seorang diri I Dewa Klenying melawan para Bujangga itu dengan disaksikan rakyat Gembalan dari kejauhan karena memang hal ini permintaan dari I Dewa Klenying yang tidak mau mengorbankan rakyatnya. Pertempuran itu terjadi dengan sengitnya. I Dewa Klenying bertempur seorang diri saja membuat para Bujangga kerepotan, beberapa para Bujangga banyak yang tewas. Pertempuran itu berlangsung dari pagi hingga matahari tepat diatas kepala. Karena banyaknya para Bujangga yang dilawan I Dewa Klenying, lambat laun tenaga I Dewa Klenying makin menurun, namun semangatnya tetap berkobar. Tepat matahari berada di atas kepala, I Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga dan gugurlah beliau. Para Bujangga bersorak kegirangan karena dapat mengalahkan putra tersayang dari Ida Dalem Waturenggong itu. Disisi lain, langit serasa berduka atas gugurnya perwira kerajaan itu, hujan gerimis langsung turun saat itu seolah ikut bersedih. Semua rakyat menangis histeris mengetahui beliau gurur di medan laga. Berduyun duyun rakyat menghampiri jasad I Dewa Klenying, karena sebelum berperang, beliau berpesan pada rakyatnya bahwa apabila saya nanti kalah di dalam pertempuran dengan para Bujangga itu, maka kuburkanlah jasadku langsung, buatkan aku lubang dan jangan jasadku dibungkus lagi dengan kain kafan.
Maka semua rakyat beliau beramai ramai membuat liang kubur. Kemudian jasad I Dewa Klenying diangkat menuju liang yang sudah disiapkan. Sesampainya disana, jasadnya diturunkan dan dimasukkan perlahan lahan kedalam liang kubur. Begitu jasad beliau menyentuh ibu pertiwi, tiba tiba menyembul air amerta yang baunya sangat harum sekali, dan bersamaan dengan itu, terdengar sabda dari langit,
 “Bangunlah wahai kamu putra Bangli , kamu belum saatnya pulang ke asalmu,  masih banyak tugas yang belum kamu selesaikan. Aku Bethara Ratu Mas Meketel akan membangkitkan kamu sekaligus akan memberikan kesaktian yang tak tertandingi karena kamu berjiwa besar dan mau mengorbankan jiwa untuk rakyat dan Negara”.
Setelah selesai sabda Ida Bethara itu, air amerta (air kehidupan) secara gaib langsung memerciki seluruh jasad beliau, tiba tiba bangunlah I Dewa Klenying dari dalam liang kubur seperti tidak terjadi apa apa. Rakyat bersorak dan bersuka cita menyaksikan kejadian tadi. Kemudian kembali terdengar sabda,
Nah sekarang lawanlah kembali para Bujangga itu, niscaya kamu pasti akan menang karena sekarang kamu tidak seperti dulu lagi”.
Nah semenjak kejadian itu, nama I Dewa Bangli diganti oleh Ida Bethara Ratu Mas Meketel menjadi I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI yang artinya, orang sakti yang baru bangun dari kematian.
 Sementara itu para Bujangga yang masih disana, bengong menyaksikan kejadian tadi, mereka tidak mengira bahwa orang yang sudah mati bisa bangkit hidup kembali. Di dalam situasi seperti itu, I Dewa Bangbang Bangun Sakti memecah kesunyian dengan berkata kepada para Bujangga itu,
“Hai para Bujangga, mari kita lanjutkan pertempuran lagi”
Mendengar tantangan itu, kembali timbul amarah para Bujangga karena merasa mampu mengalahkan musuhnya, maka mulailah kembali pertempurannya. Akan tetapi sekarang karena I Dewa Bangbang Bangun Sakti telah mendapatkan kesaktian dari Ida Ratu Mas Meketel, maka dengan sekali mengibaskan tangan saja sudah terjadi angin topan disertai dengan gemuruhnya api, para Bujangga banyak yang tewas terpanggang.dan yang lainnya melarikan diri. I Dewa Bangbang Bangun Sakti merasa aneh dengan ilmu yang dimilikinya maka beliau menoleh ke sekeliling mencari asal sabda gaib tadi karena belum sempat mengucapkan terima kasih. Maka terdengarlah sabda lagi,
     “Aku masih disini putra Bangli, aku belum pulang ke kahyangan. Ada sesuatu hal yang belum aku sampaikan padamu yaitu, tempat dimana engkau dikubur dan hidup kembali, engkau harus membangun sebuah pura agar nanti bisa dikenang oleh keturunanmu dan rakyatmu. Nanti apabila engkau ingin menemuiku kembali, maka sebutlah namaku 7 kali, niscaya aku akan menemuimi lagi.”
 “Baiklah paduka Bathara, hamba akan turuti dan patuhi segala permintaan paduka”.
Setelah itu kembali terdengar sabda,
     “Nah sekarang aku akan kembali ke kahyangan, selamat tinggal putra Bangli yang perkasa”.
     Setelah Ida Bethara Ratu Mas Meketel ke kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung meninggalkan tempat itu menuju puri agung Gelgel menghadap ayahnda prabu untuk melaporkan tugasnya sudah selesai serta menjelaskan permintaan Ida Ratu Mas Meketel. Dalem Waturenggong sangat setuju dan merestui pembangunan pura/candi untuk mengenang  tempat wafat dan bangkit putra angkatnya itu. Lalu raja berkata,
     ”Sekarang beristirahatlah kamu dulu di puri, ayahanda bersama baudanda kerajaan akan membicarakan apa yang nanda sampaikan tadi sambil mencari dewasa yang baik dan tepat untuk pembangunan pura itu”.
     Setelah mendapat hari yang dianggap paling baik, maka pembangunan pura segera dimulai, bahkan pemasangan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Ida Dalem Waturenggong sendiri dan oleh beliau juga agar pura itu diberi nama Pura DALEM BANGBANG BANGUN SAKTI artinya pura tempat bangkitnya kembali I Dewa Klenying dari kematian . Pura itu tepat dibangun diatas bekas liang kubur I Dewa Klenying.
Ketenaran dan kebesaran nama I Dewa Klenying yang sudah berubah menjadi I Dewa Bangbang Bangun Sakti, semakin harum di mata rakyat Bali. Pura yang baru dibangun kelihatan sangat berwibawa karena yang berstana di pura itu adalah Ida Bethara Ratu Mas Meketel.Beliau adalah seorang Bethara istri yang berwibawa. Semua rakyat Gembalan sangat patuh dan taat. Pura tersebut pada mulanya dibangun menghadap ke barat, akan tetapi terjadi sesuatu hal yang gaib, pada saat diadakan pujawali, yaitu hari Buda Umanis Julungwangi, terjadilah sesuatu hal yang luar biasa. Pura Dalem yang luas itu seakan bergetar hebat seperti ada gempa, karena semua pelinggih yang ada di areal pura hidup seperti ada yang menggerakkan. Pura yang tadinya menghadap ke barat, berubah secara gaib menjadi menghadap ke selatan hingga sistem penempatan pelinggihnya tidak sesuai dengan Siwa Karma Bali. Sanggaran Agung yang menjadi ciri sebuah pura menurut Asta Kosala Kosali semestinya bertempat di timur laut.Namun disana Sanggaran Agung tempatnya adalah di Barat Laut. Kenapa terjadi hal yang seperti tadi dan apakah penyebabnya ? Melihat kejadian seperti itu akhirnya I Dewa Bangbang Bangun Sakti menghampiri pelinggih tempat berstananya Ida Bethara Ratu Mas Meketel, kemudian melakukan sembah menyatukan pikiran dengan alam kahyangan. Setelah pikiran beliau masuk ke dalam alam kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung menghadap Ida Bethara Ratu Mas Maketel. Dilihatnya raut Ida Bethara seperti bermuram tetapi merah membara tanda beliau marah. Setelah I Dewa Klenying menyembah, langsung Ida Bethara bersabda,
,”Wahai putra Bangli, mari mendekat aku sudah tau maksud kedatanganmu ke kahyangan, kau akan bertanya tentang pura tempat berstanaku kenapa bisa berubah. Nah agar kamu tau kenapa bisa berubah,  itu semua adalah karena kehendakku. Aku tidak senang melihat tingkah polah Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih (kencing) selalu menghadap ke timur bertepatan dengan saat aku menoleh ke barat, itu sebabnya aku rubah kedudukan pura itu menjadi menghadap ke selatan, biar aku tidak lagi melihat Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih. Nah sekarang kamu pulanglah, rakyat sedang menunggumu dengan perasaan yang gelisah, ceritakan pada seluruh rakyatmu seperti apa yang kuceritakan padamu tadi biar rakyatmu tidak bingung dan katakan juga agar jangan mengatakan yang bukan bukan tentang pura itu karena menyimpang dari Asta Kosala Kosali. Apabila aku dengar hal yang menyimpang, aku langsung akan memberikan peringatan.”
Baiklah semua petunjuk paduka Bethara akan hamba ingat dan laksanakan”.
Nah sekarang pulanglah”.
“Baik paduka Bethara, hamba mohon pamit dan mohon perlindungan untuk rakyat Gembalan seluruhnya.”
Sepertinya I Dewa Bangbang Bangun Sakti di alam kahyangan merasa hanya sebentar, akan tetapi di alam nyata ini hari sudah malam sekali. Beliau bermeditasi di siang hari tapi beliau sadar pada saat malam menjelang pagi. Namun rakyat Gembalan semua masih ada di areal pura menunggu sampai I Dewa Bangbang Bangun Sakti tersadar dari meditasinya. Beliau melihat rakyatnya sangat terharu karena kesetiaannya hari itu pula beliau menyampaikan pesan dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel, beliau minta agar semua rakyat mengikuti dan mematuhi Bhisama Ida Bethara Ratu Mas Meketel. Semenjak saat itu tidak ada lagi kejadian yang aneh aneh menimpa Ida I Dewa Bangbang Bangun Sakti beserta rakyatnya. Beliau hidup rukun saling hormat menghormati. Setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan kepala dingin.                  
              

KEAJAIBAN DARI

I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

 
Di tengah malam yang sangat sunyi, setitik sinar keemasan muncul dari timur laut, makin lama sinar itu makin membesar mendekati jagat Bali dan setelah sampai di tempat yang dituju, ternyata Ida Dalem Waturenggong terlebih dahulu sudah menunggu disana. Raja Bali itu menyambut kedatangan sinar tersebut yang tak lain adalah putra beliau yang datang dari alam kedewataan/alam Siwaloka. Putra bungsu I Dewa Bangli ini datang dari langit dengan diantar kereta kencana dan diiringi oleh widiadara dan widiadari alam surga. Begitu I Dewa Klenying menginjakkan kakinya di tanah Bali, hujan bunga dari langit diiringi senyum sang raja dan para widiadara dan widiadari. I Dewa Klenying langsung membungkuk menyambut ayahandanya seraya berkata,
”Ayahnda Prabu, nanda mengucapkan beribu terima kasih atas kasih dan sayang ayahnda, karena kalau bukan karena ayahnda, nanda tidak mungkin bisa menembus alam swarga yang begitu sempurna keadaannya”.
Lalu Ida Dalem Waturenggong berkata,
     ”Bangunlah anakku dan ucapkan terima kasih kepada Bethara Siwa dan para pengawalnya yang sudah dengan tulus ikhlas mengajar nanda segala macam ilmu yang kelak nanda harus amalkan di bumi persada ini”.
     “Baik ayahnda Prabu.”
begitu jawab I Dewa Klenying sambil menyembah lalu menghaturkan terima kasih kepada Bethara Siwa.
Kemudian Bethara Siwa bersabda,
     ”Nah Waturenggong dan kamu Klenying, aku akan kembali ke kahyangan karena tugasku sekarang sudah selesai, baik baik kalian berdua menjalani hidup di dunia ini jangan sombong dan takabur karena apabila aku dengar kalian begitu, maka segala apa yang kamu dapatkan di kahyangan akan aku tarik kembali”

Setelah Ida Bethara Siwa beserta rombongan kembali ke kahyangan, Ida Dalem Waturenggong memeluk anaknya dan berkata,
”Klenying putraku sekarang kau sudah lulus belajar di kahyangan, amalkan segala yang kamu dapatkan itu di kerajaan Bali tercinta ini”.
“Hamba pasti akan mengikuti segala perintah ayahnda prabu”, begitu jawab I Dewa Klenying.        
  Baiklah putraku, hari telah menjelang pagi sekarang ayahnda akan kembali ke kerajaan dan jaga dirimu baik baik”.
Begitu beliau selesai berkata, dalam sekejap mata, beliau langsung hilang.

Setelah berlalu sekian tahun, tugas yang dibebankan kepada I Dewa Klenying berjalan dengan sukses tanpa ada hambatan, hingga pada suatu saat Ida Dalem Waturenggong memanggil I Dewa Klenying menghadap ke kerajaan karena ada tugas yang sangat penting dibebankan kepadanya.Begitu mendapat perintah I Dewa Klenying langsung menuju istana kerajaan Gelgel. Begitu tiba di gerbang kerajaan, langsung menuju tempat peristirahatan sang raja. Semua punggawa kerajaan memberikan jalan dan memberi hormat pada I Dewa Klenying. Setibanya di hadapan raja, tak lupa beliau menghaturkan sembah sujud kepada raja sekaligus ayah angkatnya yang agung dan berwibawa. Dan berkata,
“Sembah hamba pada ayahnda prabu, tugas apa gerangan yang ananda harus laksanakan hingga begitu mendadak ayahnda memanggil nanda”.
Lalu sang raja bersabda,
     ”Putraku Klenying, sekarang tugasmu sangatlah berat, tetapi hanya kamulah yang bisa mengerjakan tugas ini’.
      “Baik ayahnda meskipun nyawa hamba sebagai taruhannya.” Jawab I Dewa Klenying.

     Karena kesaktian daripada Ida Dalem Waturenggong, maka beliau sudah bisa melihat keadaan masa depan I Dewa Klenying akan tewas oleh para Bujangga itu tapi selanjutnya beliau tidak mengetahuinya, tidak disangka beliau langsung menangis dihadapan I Dewa Klenying dan bersabda,
     ”Baiklah putraku, sekarang kamu akan menghadapi para Bujangga akibat keputusanku dahulu yang tidak akan menggunakan Bujangga dalam setiap upacara apapun dan akan ayahnda ganti menggunakan Peranda sesuai dengan petunjuk guruku Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Hati hatilah ananda dalam menghadapinya karena ilmunya sangat tinggi. Nah itulah maksud ayahnda memanggil ananda menghadap, sekarang berangkatlah ayahnda akan selalu mendoakanmu”.
Lalu I Dewa Klenying menjawab,
     “Hamba mohon pamit ayahnda prabu, semoga tugas yang dibebankan kepada ananda bisa nanda laksanakan dan berhasil”
     I Dewa Klenying menghaturkan sembah seraya pergi meninggalkan istana.

Di dalam perjalanan pulang, I Dewa Klenying terus berpikir karena ayahndanya pasti cemas memikirkan dirinya akan bertempur dengan para Bujangga itu, karena mereka sangat sakti. Tapi I Dewa Klenying akan mengeluarkan segala kemampuannya demi keamanan Bali beserta rakyat yang sangat dicintainya. Setibanya I Dewa Klenying di Gembalan, beliau disambut oleh seluruh prajuritnya beserta seluruh rakyat Gembalan, karena mereka semua penasaran dan segera ingin tahu tugas apa gerangan yang dibebankan kepada beliau.Lalu I Dewa Klenying  menjelaskan pada seluruh rakyatnya dan berkata,  
         Ayahanda menyuruh aku menghadapi para Bujangga yang protes karena kedudukannya sebagai pemimpin upacara digantikan oleh Pedanda”.
Mendengar perkataan begitu, semua rakyatnya merasa waswas karena sebagian rakyatnya tau akan kesaktian dan kehebatan dari para Bujangga itu.

     Akhirnya di suatu saat tepat di hari Anggarkasih Julungwangi ketika I Dewa Klenying sedang mengawasi prajuritnya yang berjaga, ada seorang Bujangga memancing suatu masalah, maka terjadilah perang mulut antara prajurit jaga tadi dengan seorang Bujangga itu. Dari adu mulut itu akhirnya sampai pada adu kesaktian. Karena prajurit I Dewa Klenying banyak, sedangkan Bujangga itu seorang diri, maka tentunya kalah Bujangga itu. Dia langsung berlari sambil memanggil teman temannya, setelah mereka semua datang maka terjadilah perang tanding yang dahsyat. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, semua prajurit Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga itu.
Melihat hal itu maka memuncaklah kemarahan I Dewa Klenying. Ditantangnya para Bujangga itu untuk melawan beliau. Tantangan itu disambut dengan gembira oleh para Bujangga tersebut karena memang inilah yang ditunggu tunggu oleh para Bujangga. Dengan seorang diri I Dewa Klenying melawan para Bujangga itu dengan disaksikan rakyat Gembalan dari kejauhan karena memang hal ini permintaan dari I Dewa Klenying yang tidak mau mengorbankan rakyatnya. Pertempuran itu terjadi dengan sengitnya. I Dewa Klenying bertempur seorang diri saja membuat para Bujangga kerepotan, beberapa para Bujangga banyak yang tewas. Pertempuran itu berlangsung dari pagi hingga matahari tepat diatas kepala. Karena banyaknya para Bujangga yang dilawan I Dewa Klenying, lambat laun tenaga I Dewa Klenying makin menurun, namun semangatnya tetap berkobar. Tepat matahari berada di atas kepala, I Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga dan gugurlah beliau. Para Bujangga bersorak kegirangan karena dapat mengalahkan putra tersayang dari Ida Dalem Waturenggong itu. Disisi lain, langit serasa berduka atas gugurnya perwira kerajaan itu, hujan gerimis langsung turun saat itu seolah ikut bersedih. Semua rakyat menangis histeris mengetahui beliau gurur di medan laga. Berduyun duyun rakyat menghampiri jasad I Dewa Klenying, karena sebelum berperang, beliau berpesan pada rakyatnya bahwa apabila saya nanti kalah di dalam pertempuran dengan para Bujangga itu, maka kuburkanlah jasadku langsung, buatkan aku lubang dan jangan jasadku dibungkus lagi dengan kain kafan.
Maka semua rakyat beliau beramai ramai membuat liang kubur. Kemudian jasad I Dewa Klenying diangkat menuju liang yang sudah disiapkan. Sesampainya disana, jasadnya diturunkan dan dimasukkan perlahan lahan kedalam liang kubur. Begitu jasad beliau menyentuh ibu pertiwi, tiba tiba menyembul air amerta yang baunya sangat harum sekali, dan bersamaan dengan itu, terdengar sabda dari langit,
 Bangunlah wahai kamu putra Bangli , kamu belum saatnya pulang ke asalmu,  masih banyak tugas yang belum kamu selesaikan. Aku Bethara Ratu Mas Meketel akan membangkitkan kamu sekaligus akan memberikan kesaktian yang tak tertandingi karena kamu berjiwa besar dan mau mengorbankan jiwa untuk rakyat dan Negara”.
Setelah selesai sabda Ida Bethara itu, air amerta (air kehidupan) secara gaib langsung memerciki seluruh jasad beliau, tiba tiba bangunlah I Dewa Klenying dari dalam liang kubur seperti tidak terjadi apa apa. Rakyat bersorak dan bersuka cita menyaksikan kejadian tadi. Kemudian kembali terdengar sabda,
Nah sekarang lawanlah kembali para Bujangga itu, niscaya kamu pasti akan menang karena sekarang kamu tidak seperti dulu lagi”.
Nah semenjak kejadian itu, nama I Dewa Bangli diganti oleh Ida Bethara Ratu Mas Meketel menjadi I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI yang artinya, orang sakti yang baru bangun dari kematian.
 Sementara itu para Bujangga yang masih disana, bengong menyaksikan kejadian tadi, mereka tidak mengira bahwa orang yang sudah mati bisa bangkit hidup kembali. Di dalam situasi seperti itu, I Dewa Bangbang Bangun Sakti memecah kesunyian dengan berkata kepada para Bujangga itu,
“Hai para Bujangga, mari kita lanjutkan pertempuran lagi”
Mendengar tantangan itu, kembali timbul amarah para Bujangga karena merasa mampu mengalahkan musuhnya, maka mulailah kembali pertempurannya. Akan tetapi sekarang karena I Dewa Bangbang Bangun Sakti telah mendapatkan kesaktian dari Ida Ratu Mas Meketel, maka dengan sekali mengibaskan tangan saja sudah terjadi angin topan disertai dengan gemuruhnya api, para Bujangga banyak yang tewas terpanggang.dan yang lainnya melarikan diri. I Dewa Bangbang Bangun Sakti merasa aneh dengan ilmu yang dimilikinya maka beliau menoleh ke sekeliling mencari asal sabda gaib tadi karena belum sempat mengucapkan terima kasih. Maka terdengarlah sabda lagi,
     Aku masih disini putra Bangli, aku belum pulang ke kahyangan. Ada sesuatu hal yang belum aku sampaikan padamu yaitu, tempat dimana engkau dikubur dan hidup kembali, engkau harus membangun sebuah pura agar nanti bisa dikenang oleh keturunanmu dan rakyatmu. Nanti apabila engkau ingin menemuiku kembali, maka sebutlah namaku 7 kali, niscaya aku akan menemuimi lagi.”
 “Baiklah paduka Bathara, hamba akan turuti dan patuhi segala permintaan paduka”.
Setelah itu kembali terdengar sabda,
     Nah sekarang aku akan kembali ke kahyangan, selamat tinggal putra Bangli yang perkasa”.
     Setelah Ida Bethara Ratu Mas Meketel ke kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung meninggalkan tempat itu menuju puri agung Gelgel menghadap ayahnda prabu untuk melaporkan tugasnya sudah selesai serta menjelaskan permintaan Ida Ratu Mas Meketel. Dalem Waturenggong sangat setuju dan merestui pembangunan pura/candi untuk mengenang  tempat wafat dan bangkit putra angkatnya itu. Lalu raja berkata,
     Sekarang beristirahatlah kamu dulu di puri, ayahanda bersama baudanda kerajaan akan membicarakan apa yang nanda sampaikan tadi sambil mencari dewasa yang baik dan tepat untuk pembangunan pura itu”.
     Setelah mendapat hari yang dianggap paling baik, maka pembangunan pura segera dimulai, bahkan pemasangan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Ida Dalem Waturenggong sendiri dan oleh beliau juga agar pura itu diberi nama Pura DALEM BANGBANG BANGUN SAKTI artinya pura tempat bangkitnya kembali I Dewa Klenying dari kematian . Pura itu tepat dibangun diatas bekas liang kubur I Dewa Klenying.
Ketenaran dan kebesaran nama I Dewa Klenying yang sudah berubah menjadi I Dewa Bangbang Bangun Sakti, semakin harum di mata rakyat Bali. Pura yang baru dibangun kelihatan sangat berwibawa karena yang berstana di pura itu adalah Ida Bethara Ratu Mas Meketel.Beliau adalah seorang Bethara istri yang berwibawa. Semua rakyat Gembalan sangat patuh dan taat. Pura tersebut pada mulanya dibangun menghadap ke barat, akan tetapi terjadi sesuatu hal yang gaib, pada saat diadakan pujawali, yaitu hari Buda Umanis Julungwangi, terjadilah sesuatu hal yang luar biasa. Pura Dalem yang luas itu seakan bergetar hebat seperti ada gempa, karena semua pelinggih yang ada di areal pura hidup seperti ada yang menggerakkan. Pura yang tadinya menghadap ke barat, berubah secara gaib menjadi menghadap ke selatan hingga sistem penempatan pelinggihnya tidak sesuai dengan Siwa Karma Bali. Sanggaran Agung yang menjadi ciri sebuah pura menurut Asta Kosala Kosali semestinya bertempat di timur laut.Namun disana Sanggaran Agung tempatnya adalah di Barat Laut. Kenapa terjadi hal yang seperti tadi dan apakah penyebabnya ? Melihat kejadian seperti itu akhirnya I Dewa Bangbang Bangun Sakti menghampiri pelinggih tempat berstananya Ida Bethara Ratu Mas Meketel, kemudian melakukan sembah menyatukan pikiran dengan alam kahyangan. Setelah pikiran beliau masuk ke dalam alam kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung menghadap Ida Bethara Ratu Mas Maketel. Dilihatnya raut Ida Bethara seperti bermuram tetapi merah membara tanda beliau marah. Setelah I Dewa Klenying menyembah, langsung Ida Bethara bersabda,
,”Wahai putra Bangli, mari mendekat aku sudah tau maksud kedatanganmu ke kahyangan, kau akan bertanya tentang pura tempat berstanaku kenapa bisa berubah. Nah agar kamu tau kenapa bisa berubah,  itu semua adalah karena kehendakku. Aku tidak senang melihat tingkah polah Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih (kencing) selalu menghadap ke timur bertepatan dengan saat aku menoleh ke barat, itu sebabnya aku rubah kedudukan pura itu menjadi menghadap ke selatan, biar aku tidak lagi melihat Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih. Nah sekarang kamu pulanglah, rakyat sedang menunggumu dengan perasaan yang gelisah, ceritakan pada seluruh rakyatmu seperti apa yang kuceritakan padamu tadi biar rakyatmu tidak bingung dan katakan juga agar jangan mengatakan yang bukan bukan tentang pura itu karena menyimpang dari Asta Kosala Kosali. Apabila aku dengar hal yang menyimpang, aku langsung akan memberikan peringatan.”
Baiklah semua petunjuk paduka Bethara akan hamba ingat dan laksanakan”.
Nah sekarang pulanglah”.
“Baik paduka Bethara, hamba mohon pamit dan mohon perlindungan untuk rakyat Gembalan seluruhnya.”
Sepertinya I Dewa Bangbang Bangun Sakti di alam kahyangan merasa hanya sebentar, akan tetapi di alam nyata ini hari sudah malam sekali. Beliau bermeditasi di siang hari tapi beliau sadar pada saat malam menjelang pagi. Namun rakyat Gembalan semua masih ada di areal pura menunggu sampai I Dewa Bangbang Bangun Sakti tersadar dari meditasinya. Beliau melihat rakyatnya sangat terharu karena kesetiaannya hari itu pula beliau menyampaikan pesan dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel, beliau minta agar semua rakyat mengikuti dan mematuhi Bhisama Ida Bethara Ratu Mas Meketel. Semenjak saat itu tidak ada lagi kejadian yang aneh aneh menimpa Ida I Dewa Bangbang Bangun Sakti beserta rakyatnya. Beliau hidup rukun saling hormat menghormati. Setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan kepala dingin.                  

NAMA : SANG NYOMAN BANGBANG KUSUMA JAYA NIM    : 834786947 NO. KARYA YANG DIBUAT IDE DAN GAGASAN ...