Senin, 04 Juli 2011

Babad I Dewa Bangbang Bangun Sakti


SEJARAH LAHIRNYA

I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”


Kalau kita berbicara masalah merajan Gede I Dewa Bangbang Bangun Sakti, maka kita tidak boleh lepas dari sejarah kawitan kita terlebih dahulu yang di desa Gembalan yaitu pura Dalem Bangbang Bangun Sakti..
Diceritakan acara pelebon Ida Dalem Ketut Ngulesir begitu agung sekali, (bertahta di Bali th 1380 – 1460 Masehi)  rakyat sangat antusias sekali melaksanakan pitra yadnya itu. Kerajaan Gelgel merasa kehilangan pemimpin yang besar, bijaksana dan penuh wibawa yang tinggi. Seluruh rakyat di Bali berkabung untuk rajanya yang tercinta. Lebih dari sebulan diadakan acara berkabung atas meninggalnya raja Bali yang kesohor di seantero nusantara khususnya kerajaan Majapahit waktu itu yang paling besar.
Maka setelah itu para pembesar Kerajaan Bali (Gelgel) mengadakan rapat besar untuk membicarakan pengangkatan penguasa baru di bumi Bali dan akhirnya keputusannya, seluruh pembesar kerajaan mengangkat putra mahkota yakni Ida I Dewa Waturenggong sebagai raja baru menggantikan ayahandanya yang telah tiada dan bergelar Ida Dalem Waturenggong. (Tahun 1460 – 1550 Masehi) Dalam menjalankan pemerintahannya beliau dibantu saudara-saudara sepupunya yaitu I Dewa Gedong Arta, I Dewa Nusa, I  Dewa Anggungan, I Dewa Pagedangan, dan terakhir I Dewa Bangli. Di masa pemerintahan Ida Dalem Waturenggong kerajaan Bali mencapai zaman keemasan yang sangat gemilang karena beliau memimpin Bali penuh kebijaksanaan dan penuh kearifan.
Di suatu saat di tengah cuaca yang terang benderang beliau memimpin suatu rapat penting untuk membahas kemajuan kerajaan dan tiba-tiba bumi berguncang hebat, suara petir menggelegar disertai kilatan cahaya yang kemilau, akan tetapi tidak ada hujan. Semua yang hadir di rapat itu merasa heran dan terkejut dengan kejadian alam yang aneh itu. Di saat semua hadirin bengong menyaksikan keadaan alam itu maka berkatalah Ida Dalem Waturenggong memecah kesunyian suasana yang mencekam itu. :
Wahai para pembesar kerajaan Gelgel yang hadir di rapat hari ini, kalian semua tak usah bingung dengan kejadian alam tadi, ini pertanda alam baik, akan ada putra Bali yang lahir hari ini dan akan ikut memimpin Bali beserta keturunannya untuk kemajuan Bali. Nah, untuk itu sekarang rapat kita akhiri sampai di sini, besok kita lanjutkan dan kepada kakakku Dewa Bangli dan keponakanku Dewa Sukawati, saya harap jangan ikut meninggalkan rapat ini, kalian berdua ikut denganku ke suatu tempat”.
 Maka sekarang tinggallah 3 orang dalam balairung tempat rapat itu. Lalu Ida Dalem berkata “Wahai kakakku Dewa Bangli, mari sekarang kita tengok istri kanda yang sedang hamil tua, aku punya firasat putramu sekarang akan lahir “
I Dewa Bangli menjawab,
“Baiklah adik prabu”.
        Ida Dalem berjalan beriringan dengan I Dewa Bangli, sambil tangan beliau memapah keponakan beliau yaitu I Dewa Sukawati, putra tertua dari I Dewa Nusa. Dimana ada Ida Dalem di sana pasti ada I Dewa Sukawati. Setelah sekian lama beliau berjalan akhirnya beliau tiba di kediaman I Dewa Bangli. Beliau melihat secercah sinar biru keluar dari kandungan istri I Dewa Bangli dan beliau langsung berkata ,
 “Kakakku Dewa Bangli, putramu akan segera lahir tepat nanti tengah malam menjelang purnama kartika yang agung”
       Waktu beliau sampai di kediaman I Dewa Bangli hari sudah hampir menjelang tengah malam, Ida Dalem Waturenggong mengambil selembar daun sirih diisi pamor, gambir, lalu beliau kunyah. Bertepatan Ida Dalem Waturenggong mengambil tembakau yang akan dipakai untuk mengusap merahnya gambir di bibirnya, terdengarlah suara tangis bayi yang sangat tinggi akan tetapi merdu sekali lengkingannya. Seorang putra Bali telah lahir ke dunia, parasnya sangat tampan, dari seluruh tubuh mengeluarkan aura sinar biru, di tangan kanan bayi mungil itu tergenggam sebutir mutiara bersinar merah menyilaukan mata, yang bernama “Mirah Menjangan”. Begitu lahir, yang pertama mengambil bayi itu adalah Ida Dalem Waturenggong karena begitu keluar bayi itu dari rahim ibunya bayi itu seperti terbang menghampiri penguasa Bali waktu itu. Dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang beliau memangku sang jabang bayi yang masih kemerahan itu dan beliau langsung berkata pada kakaknya I Dewa Bangli,
     ”Kakakku Dewa Bangli putramu ini akan kuberi nama I Dewa Klenying, karena dari sekian putramu, putramu ini yang paling tampan wajahnya, dan kepadamu keponakanku Dewa Sukawati mulai saat ini kamu kuangkat saudara kandung dengan sepupumu ini karena kelak di kemudian hari keturunanmu dan keturunan saudaramu ini yang silih berganti menjadi pendamping keturunanku”.
     Sehabis beliau berkata begitu dalam sekejap jagat Bali waktu itu gelap gulita dan sesekali terdengar suara gelegar yang keras sekali, pertanda sabda beliau disaksikan oleh para Dewata yang berstana di langit sana. I Dewa Bangli dan keponakannya menghaturkan sembah sujud kehadapan Ida Dalem Waturenggong, dan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga pada beliau, begitu juga keponakan beliau I Dewa Sukawati, akan menjunjung tinggi amanah pamannya itu. Ida Dalem Waturenggong menghampiri ibu dari I Dewa Klenying, dan bersabda,
     “Kak ,ini anakmu kelak akan menjadi orang yang besar dan berguna bagi nusa dan bangsa, kakak harus merawatnya dengan hati-hati dan baik karena putramu itu lahir lain dari putramu yang lain”.
Istri  I Dewa Bangli menjawab,
     “Iya, aku akan selalu mengikuti petunjuk adik prabu”.
Singkat cerita, I Dewa Sukawati sangat sayang dengan adik angkatnya I Dewa Klenying melebihi dengan adik kandungnya yang lain, sampai dia tidak habis pikir, kenapa aku begitu sayang kepada adik Klenying, begitu panggilan akrab pada adik angkatnya itu. Usia antara I Dewa Sukawati dengan I Dewa Klenying sangat jauh, hampir dua puluh tahunan jaraknya, tapi sangat akrab sekali, kemana beliau pergi adik angkatnya pasti ikut serta seakan tidak bisa terpisahkan.
Akhirnya setelah I Dewa Klenying dewasa, diberilah beliau tugas oleh raja. Dan Raja bersabda, “Wahai keponakanku Dewa Klenying, kau sekarang aku beri tugas dengan jabatan yang sama dengan kakak angkatmu yaitu sebagai panglima perang. Sebagai senopati perang, kau kuberikan pos di desa utara, rabaslah hutan itu dan jadikanlah hutan itu sebagai tempat tugasmu yang baru, bawalah beberapa orang prajurit untuk ikut membuka hutan”.
 “Baiklah Ayahnda Prabu”,
begitu jawabnya, karena I Dewa Klenying dan I Dewa Sukawati disuruh memanggil Ayahnda Prabu bukan paman Prabu.
Karena Ida Dalem Waturenggong telah memberikan hari yang baik untuk membuka hutan utara, maka berangkatlah I Dewa Klenying dan I Dewa Sukawati menuju daerah utara kerajaan Gelgel. Sesampainya di daerah yang dimaksud, seluruh rombongan menghaturkan sesaji kehadapan penguasa hutan disana. Setelah selesai upacaranya, mulailah rombongan merabas hutan. Kurang lebih tujuh hari merabas hutan disana, maka jadilah sebuah daerah hunian yang baru. Pemandangannya sangatlah indah karena puncak Gunung Agung yang menjulang tinggi terlihat sangat jelas sekali. Di utaranya nampak hutan dan kokohnya bukit yang ditumbuhi banyak pepohonan sehingga terlihat seperti berjambul . Nah pada waktu merabas hutan, ditemukan banyak sekali pohon gendil yang berduri sangat runcing dan durinya sering sekali menggembal atau menarik pakaian para prajurit yang merabas hutan, maka oleh I Dewa Klenying, daerah yang dirabas dan dijadikan tempat pemukiman baru itu diberi nama DESA GEMBALAN. Artinya pohon gendil itu bersuka cita atas kedatangan I Dewa Klenying beserta rombongannya. Setelah hutan selesai dirabas, I Dewa Klenying membagikan petak petak tanah rabasan kepada seluruh rakyatnya dan setelah semua mendapat bagian tempat, I Dewa Klenying menerangkan kepada seluruh pengikutnya bahwa nanti akan dilaksanakan caru Pelebuh Gentuh untuk membersihkan tempat itu, agar semua orang terhindar dari semua mara bahaya.
Akhirnya, satu bulan setelah diadakannya pecaruan Pelebuh Gentuh, rakyat sangat bersuka cita karena selama tujuh hari tujuh malam diadakan berbagai acara untuk menyambut pembukaan daerah yang baru. Banyak pejabat kerajaan yang hadir termasuk tentunya Ida Dalem Waturenggong untuk meletakkan batu pertama sebagai cikal bakal berdirinya Desa Gembalan.  
Setelah setahun I Dewa Klenying bertempat tinggal disana, beliau beserta rombongannya merasa sangat betah karena tanahnya sangat subur, hasil panennya melimpah ruah, perekonomian desa maju dengan pesatnya serta rakyat hidup berkecukupan dan berbagai tugas yang dibebankan oleh raja ke pundak I Dewa Klenying selalu mencapai kesuksesan yang gemilang berkat kerja sama  beliau dengan para bawahannya, padahal pada waktu itu umur I Dewa Klenying masih sangat muda, namun kemampuan dan daya pikirnya sangat luar biasa, para pembesar kerajaan merasa heran dan kagum, bahkan ayah kandung beliau sendiri yaitu I Dewa Bangli heran dan takjub dengan putra bungsunya itu di dalam mengambil suatu keputusan yang besar seperti membasmi para pemberontak yang terkenal kesaktiannya di daerah utara kerajaan. (akan diceritakan berikutnya)

Ida Dalem Waturenggong merasa bangga mempunyai seorang senapati yang begitu sakti dan memiliki budi pekerti yang sangat mulia, meskipun memiliki kedudukan yang tinggi. Nama I Dewa Klenying sangat terkenal di jagat Bali waktu itu. Saingan politik beliau merasa gentar beradu debat dengan beliau bahkan banyak dari kalangan pejabat kerajaan datang menemui I Dewa Klenying untuk minta nasehat bahkan ada yang mengangkat beliau sebagai guru rohani dan guru kawisesaan, karena beliau memiliki ilmu kerohanian dan ilmu peperangan yang sangat tinggi melebihi para pembesar kerajaan yang lainnya. I Dewa Klenying bisa seperti itu, karena beliau diajar langsung oleh Ida Dalem Waturenggong sendiri. Para wong Bale Samar semua menjadi sahabat beliau, juga di alam gaib sangat disegani karena pada waktu dididik oleh Ida Dalem Waturenggong, I Dewa Klenying juga diajak bersama memasuki Alam Siwaloka/alamnya para Dewata. Disana I Dewa Klenying berguru pada Ida Bethara Siwa. Beliau sangat rajin belajar kedharmaan dan kewisesaan. Ida Bethara Siwa sangat senang mempunyai murid yang patuh dengan perintahnya.Untuk itu Ida Bethara Siwa meng-anugrahkan beberapa Pusaka diantaranya, sebilah keris yang bernama KI KOBAR BALEMAN yang keampuhannya adalah bisa memusnahkan sebidang tanah dan bisa menahan lajunya matahari. Selain itu juga dianugrahkan ALU dan LESUNG EMAS yaitu tempat penumbuk sirih Ida Bethara Siwa.

Semua pemberian dari Ida Bethara Siwa tersebut, kelak akan diwariskan kepada keturunan beliau.




Mengisi liburan

Add caption
             

NAMA : SANG NYOMAN BANGBANG KUSUMA JAYA NIM    : 834786947 NO. KARYA YANG DIBUAT IDE DAN GAGASAN ...