Selasa, 29 November 2011

              

KEAJAIBAN DARI

I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

 
Di tengah malam yang sangat sunyi, setitik sinar keemasan muncul dari timur laut, makin lama sinar itu makin membesar mendekati jagat Bali dan setelah sampai di tempat yang dituju, ternyata Ida Dalem Waturenggong terlebih dahulu sudah menunggu disana. Raja Bali itu menyambut kedatangan sinar tersebut yang tak lain adalah putra beliau yang datang dari alam kedewataan/alam Siwaloka. Putra bungsu I Dewa Bangli ini datang dari langit dengan diantar kereta kencana dan diiringi oleh widiadara dan widiadari alam surga. Begitu I Dewa Klenying menginjakkan kakinya di tanah Bali, hujan bunga dari langit diiringi senyum sang raja dan para widiadara dan widiadari. I Dewa Klenying langsung membungkuk menyambut ayahandanya seraya berkata,
”Ayahnda Prabu, nanda mengucapkan beribu terima kasih atas kasih dan sayang ayahnda, karena kalau bukan karena ayahnda, nanda tidak mungkin bisa menembus alam swarga yang begitu sempurna keadaannya”.
Lalu Ida Dalem Waturenggong berkata,
     ”Bangunlah anakku dan ucapkan terima kasih kepada Bethara Siwa dan para pengawalnya yang sudah dengan tulus ikhlas mengajar nanda segala macam ilmu yang kelak nanda harus amalkan di bumi persada ini”.
     “Baik ayahnda Prabu.”
begitu jawab I Dewa Klenying sambil menyembah lalu menghaturkan terima kasih kepada Bethara Siwa.
Kemudian Bethara Siwa bersabda,
     ”Nah Waturenggong dan kamu Klenying, aku akan kembali ke kahyangan karena tugasku sekarang sudah selesai, baik baik kalian berdua menjalani hidup di dunia ini jangan sombong dan takabur karena apabila aku dengar kalian begitu, maka segala apa yang kamu dapatkan di kahyangan akan aku tarik kembali”

Setelah Ida Bethara Siwa beserta rombongan kembali ke kahyangan, Ida Dalem Waturenggong memeluk anaknya dan berkata,
”Klenying putraku sekarang kau sudah lulus belajar di kahyangan, amalkan segala yang kamu dapatkan itu di kerajaan Bali tercinta ini”.
“Hamba pasti akan mengikuti segala perintah ayahnda prabu”, begitu jawab I Dewa Klenying.        
  Baiklah putraku, hari telah menjelang pagi sekarang ayahnda akan kembali ke kerajaan dan jaga dirimu baik baik”.
Begitu beliau selesai berkata, dalam sekejap mata, beliau langsung hilang.

Setelah berlalu sekian tahun, tugas yang dibebankan kepada I Dewa Klenying berjalan dengan sukses tanpa ada hambatan, hingga pada suatu saat Ida Dalem Waturenggong memanggil I Dewa Klenying menghadap ke kerajaan karena ada tugas yang sangat penting dibebankan kepadanya.Begitu mendapat perintah I Dewa Klenying langsung menuju istana kerajaan Gelgel. Begitu tiba di gerbang kerajaan, langsung menuju tempat peristirahatan sang raja. Semua punggawa kerajaan memberikan jalan dan memberi hormat pada I Dewa Klenying. Setibanya di hadapan raja, tak lupa beliau menghaturkan sembah sujud kepada raja sekaligus ayah angkatnya yang agung dan berwibawa. Dan berkata,
“Sembah hamba pada ayahnda prabu, tugas apa gerangan yang ananda harus laksanakan hingga begitu mendadak ayahnda memanggil nanda”.
Lalu sang raja bersabda,
     ”Putraku Klenying, sekarang tugasmu sangatlah berat, tetapi hanya kamulah yang bisa mengerjakan tugas ini’.
      “Baik ayahnda meskipun nyawa hamba sebagai taruhannya.” Jawab I Dewa Klenying.

     Karena kesaktian daripada Ida Dalem Waturenggong, maka beliau sudah bisa melihat keadaan masa depan I Dewa Klenying akan tewas oleh para Bujangga itu tapi selanjutnya beliau tidak mengetahuinya, tidak disangka beliau langsung menangis dihadapan I Dewa Klenying dan bersabda,
     ”Baiklah putraku, sekarang kamu akan menghadapi para Bujangga akibat keputusanku dahulu yang tidak akan menggunakan Bujangga dalam setiap upacara apapun dan akan ayahnda ganti menggunakan Peranda sesuai dengan petunjuk guruku Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Hati hatilah ananda dalam menghadapinya karena ilmunya sangat tinggi. Nah itulah maksud ayahnda memanggil ananda menghadap, sekarang berangkatlah ayahnda akan selalu mendoakanmu”.
Lalu I Dewa Klenying menjawab,
     “Hamba mohon pamit ayahnda prabu, semoga tugas yang dibebankan kepada ananda bisa nanda laksanakan dan berhasil”
     I Dewa Klenying menghaturkan sembah seraya pergi meninggalkan istana.

Di dalam perjalanan pulang, I Dewa Klenying terus berpikir karena ayahndanya pasti cemas memikirkan dirinya akan bertempur dengan para Bujangga itu, karena mereka sangat sakti. Tapi I Dewa Klenying akan mengeluarkan segala kemampuannya demi keamanan Bali beserta rakyat yang sangat dicintainya. Setibanya I Dewa Klenying di Gembalan, beliau disambut oleh seluruh prajuritnya beserta seluruh rakyat Gembalan, karena mereka semua penasaran dan segera ingin tahu tugas apa gerangan yang dibebankan kepada beliau.Lalu I Dewa Klenying  menjelaskan pada seluruh rakyatnya dan berkata,  
         Ayahanda menyuruh aku menghadapi para Bujangga yang protes karena kedudukannya sebagai pemimpin upacara digantikan oleh Pedanda”.
Mendengar perkataan begitu, semua rakyatnya merasa waswas karena sebagian rakyatnya tau akan kesaktian dan kehebatan dari para Bujangga itu.

     Akhirnya di suatu saat tepat di hari Anggarkasih Julungwangi ketika I Dewa Klenying sedang mengawasi prajuritnya yang berjaga, ada seorang Bujangga memancing suatu masalah, maka terjadilah perang mulut antara prajurit jaga tadi dengan seorang Bujangga itu. Dari adu mulut itu akhirnya sampai pada adu kesaktian. Karena prajurit I Dewa Klenying banyak, sedangkan Bujangga itu seorang diri, maka tentunya kalah Bujangga itu. Dia langsung berlari sambil memanggil teman temannya, setelah mereka semua datang maka terjadilah perang tanding yang dahsyat. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, semua prajurit Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga itu.
Melihat hal itu maka memuncaklah kemarahan I Dewa Klenying. Ditantangnya para Bujangga itu untuk melawan beliau. Tantangan itu disambut dengan gembira oleh para Bujangga tersebut karena memang inilah yang ditunggu tunggu oleh para Bujangga. Dengan seorang diri I Dewa Klenying melawan para Bujangga itu dengan disaksikan rakyat Gembalan dari kejauhan karena memang hal ini permintaan dari I Dewa Klenying yang tidak mau mengorbankan rakyatnya. Pertempuran itu terjadi dengan sengitnya. I Dewa Klenying bertempur seorang diri saja membuat para Bujangga kerepotan, beberapa para Bujangga banyak yang tewas. Pertempuran itu berlangsung dari pagi hingga matahari tepat diatas kepala. Karena banyaknya para Bujangga yang dilawan I Dewa Klenying, lambat laun tenaga I Dewa Klenying makin menurun, namun semangatnya tetap berkobar. Tepat matahari berada di atas kepala, I Dewa Klenying dapat dikalahkan oleh para Bujangga dan gugurlah beliau. Para Bujangga bersorak kegirangan karena dapat mengalahkan putra tersayang dari Ida Dalem Waturenggong itu. Disisi lain, langit serasa berduka atas gugurnya perwira kerajaan itu, hujan gerimis langsung turun saat itu seolah ikut bersedih. Semua rakyat menangis histeris mengetahui beliau gurur di medan laga. Berduyun duyun rakyat menghampiri jasad I Dewa Klenying, karena sebelum berperang, beliau berpesan pada rakyatnya bahwa apabila saya nanti kalah di dalam pertempuran dengan para Bujangga itu, maka kuburkanlah jasadku langsung, buatkan aku lubang dan jangan jasadku dibungkus lagi dengan kain kafan.
Maka semua rakyat beliau beramai ramai membuat liang kubur. Kemudian jasad I Dewa Klenying diangkat menuju liang yang sudah disiapkan. Sesampainya disana, jasadnya diturunkan dan dimasukkan perlahan lahan kedalam liang kubur. Begitu jasad beliau menyentuh ibu pertiwi, tiba tiba menyembul air amerta yang baunya sangat harum sekali, dan bersamaan dengan itu, terdengar sabda dari langit,
 Bangunlah wahai kamu putra Bangli , kamu belum saatnya pulang ke asalmu,  masih banyak tugas yang belum kamu selesaikan. Aku Bethara Ratu Mas Meketel akan membangkitkan kamu sekaligus akan memberikan kesaktian yang tak tertandingi karena kamu berjiwa besar dan mau mengorbankan jiwa untuk rakyat dan Negara”.
Setelah selesai sabda Ida Bethara itu, air amerta (air kehidupan) secara gaib langsung memerciki seluruh jasad beliau, tiba tiba bangunlah I Dewa Klenying dari dalam liang kubur seperti tidak terjadi apa apa. Rakyat bersorak dan bersuka cita menyaksikan kejadian tadi. Kemudian kembali terdengar sabda,
Nah sekarang lawanlah kembali para Bujangga itu, niscaya kamu pasti akan menang karena sekarang kamu tidak seperti dulu lagi”.
Nah semenjak kejadian itu, nama I Dewa Bangli diganti oleh Ida Bethara Ratu Mas Meketel menjadi I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI yang artinya, orang sakti yang baru bangun dari kematian.
 Sementara itu para Bujangga yang masih disana, bengong menyaksikan kejadian tadi, mereka tidak mengira bahwa orang yang sudah mati bisa bangkit hidup kembali. Di dalam situasi seperti itu, I Dewa Bangbang Bangun Sakti memecah kesunyian dengan berkata kepada para Bujangga itu,
“Hai para Bujangga, mari kita lanjutkan pertempuran lagi”
Mendengar tantangan itu, kembali timbul amarah para Bujangga karena merasa mampu mengalahkan musuhnya, maka mulailah kembali pertempurannya. Akan tetapi sekarang karena I Dewa Bangbang Bangun Sakti telah mendapatkan kesaktian dari Ida Ratu Mas Meketel, maka dengan sekali mengibaskan tangan saja sudah terjadi angin topan disertai dengan gemuruhnya api, para Bujangga banyak yang tewas terpanggang.dan yang lainnya melarikan diri. I Dewa Bangbang Bangun Sakti merasa aneh dengan ilmu yang dimilikinya maka beliau menoleh ke sekeliling mencari asal sabda gaib tadi karena belum sempat mengucapkan terima kasih. Maka terdengarlah sabda lagi,
     Aku masih disini putra Bangli, aku belum pulang ke kahyangan. Ada sesuatu hal yang belum aku sampaikan padamu yaitu, tempat dimana engkau dikubur dan hidup kembali, engkau harus membangun sebuah pura agar nanti bisa dikenang oleh keturunanmu dan rakyatmu. Nanti apabila engkau ingin menemuiku kembali, maka sebutlah namaku 7 kali, niscaya aku akan menemuimi lagi.”
 “Baiklah paduka Bathara, hamba akan turuti dan patuhi segala permintaan paduka”.
Setelah itu kembali terdengar sabda,
     Nah sekarang aku akan kembali ke kahyangan, selamat tinggal putra Bangli yang perkasa”.
     Setelah Ida Bethara Ratu Mas Meketel ke kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung meninggalkan tempat itu menuju puri agung Gelgel menghadap ayahnda prabu untuk melaporkan tugasnya sudah selesai serta menjelaskan permintaan Ida Ratu Mas Meketel. Dalem Waturenggong sangat setuju dan merestui pembangunan pura/candi untuk mengenang  tempat wafat dan bangkit putra angkatnya itu. Lalu raja berkata,
     Sekarang beristirahatlah kamu dulu di puri, ayahanda bersama baudanda kerajaan akan membicarakan apa yang nanda sampaikan tadi sambil mencari dewasa yang baik dan tepat untuk pembangunan pura itu”.
     Setelah mendapat hari yang dianggap paling baik, maka pembangunan pura segera dimulai, bahkan pemasangan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Ida Dalem Waturenggong sendiri dan oleh beliau juga agar pura itu diberi nama Pura DALEM BANGBANG BANGUN SAKTI artinya pura tempat bangkitnya kembali I Dewa Klenying dari kematian . Pura itu tepat dibangun diatas bekas liang kubur I Dewa Klenying.
Ketenaran dan kebesaran nama I Dewa Klenying yang sudah berubah menjadi I Dewa Bangbang Bangun Sakti, semakin harum di mata rakyat Bali. Pura yang baru dibangun kelihatan sangat berwibawa karena yang berstana di pura itu adalah Ida Bethara Ratu Mas Meketel.Beliau adalah seorang Bethara istri yang berwibawa. Semua rakyat Gembalan sangat patuh dan taat. Pura tersebut pada mulanya dibangun menghadap ke barat, akan tetapi terjadi sesuatu hal yang gaib, pada saat diadakan pujawali, yaitu hari Buda Umanis Julungwangi, terjadilah sesuatu hal yang luar biasa. Pura Dalem yang luas itu seakan bergetar hebat seperti ada gempa, karena semua pelinggih yang ada di areal pura hidup seperti ada yang menggerakkan. Pura yang tadinya menghadap ke barat, berubah secara gaib menjadi menghadap ke selatan hingga sistem penempatan pelinggihnya tidak sesuai dengan Siwa Karma Bali. Sanggaran Agung yang menjadi ciri sebuah pura menurut Asta Kosala Kosali semestinya bertempat di timur laut.Namun disana Sanggaran Agung tempatnya adalah di Barat Laut. Kenapa terjadi hal yang seperti tadi dan apakah penyebabnya ? Melihat kejadian seperti itu akhirnya I Dewa Bangbang Bangun Sakti menghampiri pelinggih tempat berstananya Ida Bethara Ratu Mas Meketel, kemudian melakukan sembah menyatukan pikiran dengan alam kahyangan. Setelah pikiran beliau masuk ke dalam alam kahyangan, I Dewa Bangbang Bangun Sakti langsung menghadap Ida Bethara Ratu Mas Maketel. Dilihatnya raut Ida Bethara seperti bermuram tetapi merah membara tanda beliau marah. Setelah I Dewa Klenying menyembah, langsung Ida Bethara bersabda,
,”Wahai putra Bangli, mari mendekat aku sudah tau maksud kedatanganmu ke kahyangan, kau akan bertanya tentang pura tempat berstanaku kenapa bisa berubah. Nah agar kamu tau kenapa bisa berubah,  itu semua adalah karena kehendakku. Aku tidak senang melihat tingkah polah Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih (kencing) selalu menghadap ke timur bertepatan dengan saat aku menoleh ke barat, itu sebabnya aku rubah kedudukan pura itu menjadi menghadap ke selatan, biar aku tidak lagi melihat Ida Bethara Bukit Jambul pada saat mewarih. Nah sekarang kamu pulanglah, rakyat sedang menunggumu dengan perasaan yang gelisah, ceritakan pada seluruh rakyatmu seperti apa yang kuceritakan padamu tadi biar rakyatmu tidak bingung dan katakan juga agar jangan mengatakan yang bukan bukan tentang pura itu karena menyimpang dari Asta Kosala Kosali. Apabila aku dengar hal yang menyimpang, aku langsung akan memberikan peringatan.”
Baiklah semua petunjuk paduka Bethara akan hamba ingat dan laksanakan”.
Nah sekarang pulanglah”.
“Baik paduka Bethara, hamba mohon pamit dan mohon perlindungan untuk rakyat Gembalan seluruhnya.”
Sepertinya I Dewa Bangbang Bangun Sakti di alam kahyangan merasa hanya sebentar, akan tetapi di alam nyata ini hari sudah malam sekali. Beliau bermeditasi di siang hari tapi beliau sadar pada saat malam menjelang pagi. Namun rakyat Gembalan semua masih ada di areal pura menunggu sampai I Dewa Bangbang Bangun Sakti tersadar dari meditasinya. Beliau melihat rakyatnya sangat terharu karena kesetiaannya hari itu pula beliau menyampaikan pesan dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel, beliau minta agar semua rakyat mengikuti dan mematuhi Bhisama Ida Bethara Ratu Mas Meketel. Semenjak saat itu tidak ada lagi kejadian yang aneh aneh menimpa Ida I Dewa Bangbang Bangun Sakti beserta rakyatnya. Beliau hidup rukun saling hormat menghormati. Setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan kepala dingin.                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA : SANG NYOMAN BANGBANG KUSUMA JAYA NIM    : 834786947 NO. KARYA YANG DIBUAT IDE DAN GAGASAN ...