Selasa, 29 November 2011

          
SEJARAH BERDIRINYA
MERAJAN AGUNG DI BENDUL
 

     Diceritakan kembali setelah I Dewa Gde Subagan berangkat ke Budakeling, adiknya I Dewa Made Bangbang juga telah bersiap-siap berangkat ke puri Gelgel untuk menggantikan tugas kakaknya sebagai senapati kerajaan. Tetapi sebelumnya mereka berdua terlebih dahulu tidak lupa menghaturkan sembah bakti di Mrajan Gede mohon kepada Ida Betara Ratu Mas Meketel agar diberikan keselamatan dalam menjalankan tugas nanti serta direstui dan dilindungi. Setelah selesai sembahyang, I Dewa Made Bangbang akhirnya berangkat. Di dalam perjalanannya beliau tidak diikuti oleh seorangpun pengawalnya. Tepat matahari berada di atas kepala, beliau menghentikan langkahnya untuk istirahat sebentar dibawah pohon yang sangat besar dan tinggi. Nah karena saking besar tinggi dan rindangnya pohon tersebut, membuat I Dewa Made Bangbang menjadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Di dalam tidurnya lalu beliau bermimpi didatangi oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel dan ayahndanya I Dewa Bangbang Bangun Sakti yang memberitahukan bahwa pohon di tempatnya beristirahat itu, bernama pohon Bendul. Ayahndanya menyuruhnya untuk membangun sebuah merajan lagi disana. Oleh karena itu, beliau kembali mohon petunjuk  dimana saja harus mendirikan pelinggih-pelinggihnya. Lalu ayahndanya memberikan petunjuk dan berkata,
     “Anakku tidak usah khawatir, besok pagi kamu sudah lihat petunjuk itu yang langsung akan diberikan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel sendiri”.
Kemudian Ida Betara Ratu Mas Meketel bersabda,
     “Wahai Made Bangbang, malam ini kamu harus tidur di hutan ini, bermeditasilah untuk keselarasan hutan ini karena hutan ini suatu saat nanti akan menjadi sebuah pemukiman atau perkampungan dan kamu dan seluruh keturunanmu akan bermukim disini selamanya. Untuk itu, besok pagi kamu tinggal memberi tanda tempat-tempat yang menyembulkan air, dimana air tersembul disana akan muncul sebutir batu hitam yang nantinya bisa kamu pakai sebagai dasar pendeman merajan. Satu lagi pesanku untuk sementara kamu tinggallah di suatu tempat yang nanti aku akan tuntun dengan seekor kidang emas kahyangan, kidang itu nanti yang akan menunjukkan tempat tinggalmu sementara. Nah sekarang aku akan pulang ke kahyangan bersama ayahndamu dan jaga dirimi baik-baik.”

     Setelah bermimpi seperti itu, I Dewa Made Bangbang langsung terbangun dari tidurnya. Beliau menoleh kanan kiri seolah-olah mencari keberadaan ayahndanya. Tetapi di hutan itu tidak ada siapa-siapa. Dan hanya dilihat seekor kidang mas yang sangat lucu. Sesekali kidang itu mengelus dan mencium kaki dan tangan beliau. I Dewa Made Bangbang merasakan hal yang aneh, merasa seperti dielus-elus oleh ibundanya I Dewa Ayu Adnyaswari yang sangat lembut. Lalu beliau berkata pada kidang itu, wahai kidang, kamu sangat kasih dan sayang terhadapku. Apakah kamu adalah utusan dari Ida Betara Ratu Mas Meketel ?. Kidang mas itu sepertinya mengerti dengan apa yang diucapkan oleh I Dewa Made Bangbang. Kidang itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berlari ke arah timur laut dan datang kembali dengan membawa buah-buahan. Beliau heran dan bengong melihat tingkah laku kidang mas itu. Seolah-olah kidang itu tau apa keinginan beliau yaitu beliau sekarang sedang lapar, dan kidang itu pergi untuk mencarikan buah-buahan. Dengan lahapnya I Dewa Made Bangbang makan buah-buahan yang dibawakan oleh kidang mas. Kidang itu memandang beliau lalu duduk di pangkuannya. Rasa sejuk mengalir ke seluruh tubuh beliau tatkala kidang itu kembali menjilat seluruh jari-jari kaki beliau. Setelah I Dewa Made Bangbang selesai makan, kidang itu melompat dari pangkuannya, seolah-olah mengajak untuk melanjutkan tugas beliau kembali. Kidang tersebut menarik ujung kain yang dikenakan I Dewa Made Bangbang dan diajak ke suatu tempat. Dan setelah tiba, kidang itu duduk seperti pertapa kepalanya dianggik-anggukkan sepertinya menyuruh beliau untuk mengikuti sikapnya. Saat itu hari sudah tengah hari, kidang mas dan I Dewa Made Bangbang masih tetap bersemadi diam dengan mata yang terpejam. Entah sudah berapa lama keduanya bersemadi mohon kehadapan Ida Betara Ratu Mas Meketel untuk menunjukkan tempat yang akan dibangun pelinggih, hingga akhirnya beliau tiba-tiba mencium bau yang sangat harum sekali dan diiringi dengan gema sabda lagi,
     “Wahai Made Bangbang, sekarang bukalah matamu dan lihatlah tanda-tanda yang sudah aku buat”.
Begitu I Dewa Made Bangbang dan kidang mas itu membuka matanya, mereka melihat secercah sinar biru melayang-layang di udara, setiap ada gema suara, sinar itu berubah dari kecil menjadi besar. Kembali terdengan sabda ,
     “Lihatlah air yang menyembul dari dalam tanah dan sebentar akan keluar batu hitam yang nanti kamu pergunakan  sebagai dasar pelinggih. Dimana air yang menyembul dan kembali tertutup batu hitam, disanalah kamu nanti membuat pelinggih”
Bau harum tadi adalah berasal dari semburan air itu. Sinar biru itu kembali bergema dan terdengar sabda lagi,
     “Sekarang kamu pergilah ke arah barat laut bersama kidang mas, nanti dia akan menunjukkan tempat dimana kamu harus membuat tempat tinggal sementara hingga pada saatnya nanti kamu harus membangun sebuah merajan yang sesuai dengan petunjukku. Untuk sementara biarkanlah batu-batu itu di tempatnya saja”
Lalu I Dewa Made Bangbang berkata,
     “Baiklah Ratu Betara hamba akan mengikuti segala petunjuk Ratu Betara”

Begitu selesai sabda Ida Betara, lenyap pula sinar biru itu. I Dewa Made Bangbang dan kidang mas melanjutkan perjalanannya ke arah barat laut hingga pada suatu tempat, kidang mas berhenti kemudian berputar-putar mencium ibu pertiwi di sekitarnya. Setelah berhenti kidang mas memandang kearah I Dewa Made Bangbang sambil kakinya yang di depan di hentak-hentakkan sepertinya berkata kepada beliau bahwa disinilah tempat untuk membangun sebuah rumah. I Dewa Made Bangbang mengerti akan maksud kidang mas dan berkata,
     “Wahai engkau kidang mas, aku tau maksudmu, kau bilang aku harus bangun sebuah rumah disini”.
Kidang mas menganggukkan kepalanya lalu beliau membungkuk mengelus-elus kepala kidang mas dan mengedip-ngedipkan matanya.
     Setelah itu, kidang mas berubah wujud menjadi seorang wanita yang sangat cantik dan sudah sangat dikenal oleh I Dewa Made Bangbang. Putri itu adalah ibunya sendiri I Dewa Ayu Adnyaswari. Lalu I Dewa Made Bangbang menghaturkan sembah dan berkata,
     “Apa yang harus nanda lakukan sekarang?”
Kemudian ibundanya berkata,
     “Anakku, ibu ditugaskan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel untuk mengikuti perjalananmu menuju puri Gelgel. Tapi kamu akan menjalankan tugas dari sini saja dan tidak menetap di Gelgel. Karena Ida Betara Ratu Mas Meketel telah menentukan tempat ini. Bangunlah sebuah rumah disini karena di kemudian hari nanti, tempat ini akan menjadi sebuah perkampungan yang ramai. Nah anakku, tugas ibu menemanimu kesini sudah selesai, sekarang ibu akan kembali ke Kahyangan, jaga dirimui baik-baik”
     Sekarang diceritakan di tempat dimana I Dewa Made Bangbang akan membangun rumah, banyak sekali ditumbuhi pohon bambu Maka beliau mengeluarkan pusaka yang diwariskan oleh ayahndanya. Begitu dikeluarkan dari warangkanya, secercah sinar ungu kekuning-kuningan mengelilingi keris itu, dan tak lupa pula I Dewa Made Bangbang mohon restu ayahndanya untuk mempergunakan pusakanya. Lalu I Dewa Made Bangbang menyabetkan keris Ki Kobar Baleman. Begitu disabetkan, keluarlah sinar biru disertai kobaran api menimpa pohon bambu itu hingga langsung menjadi abu. Sekarang nampaklah hamparan abu saja yang masih panas.Dan disinilah I Dewa Made Bangbang membangun sebuah rumah yang sederhana dan dari sini pula beliau menjalankan tugas-tugas sebagai senapati utama kerajaan Gelgel.
     Merajan yang dibangun nantinya diberi nama MRAJAN AGUNG dan akan dibangun setelah keturunan I Dewa Made Bangbang menginjak dewasa.












=====*****=====
 

I DEWA MADE BANGBANG
DAN KETURUNANNYA
 

     Sekarang diceritakan bahwa segala tugas yang dibebankan kepada I Dewa Made Bangbang selalu dikerjakan dengan sukses hingga Ida Dalem Segening merasa bangga memiliki seorang senapati yang tangguh. Oleh karena itu, banyak putri yang terpaut hatinya melihat ketampanannya hingga pada suatu saat beliau kedatangan seorang tamu yang sudah sangat dikenalnya yaitu sahabatnya I Dewa Gde Bakas yang merupakan putra tertua dari I Dewa Tambahan. Perlu dijelaskan disini I Dewa Gde Bakas adalah kakak sepupu dari I Dewa Made Bangbang. Dengan kedatangan saudara sepupunya itu I Dewa Made Bangbang langsung memeluk kakaknya dan bertanya,
     “Kanda ada apa gerangan yang membawa kanda datang ke tempatku ini dengan mendadak?”.
Lalu kakaknya menjawab,
     “Adikku Made Bangbang, kanda datang kesini hanya kebetulan saja, karena kanda dengar dinda tidak tinggal di Akah lagi maka kanda datang kesini ingin melihatmu sekalian kanda ingin memperkenalkan adikku yang paling kecil. Mungkin dinda tidak tau dan tidak kenal”.
I Dewa Made Bangbang menjawab,
     “Apa kanda bilang?? Kanda masih punya adik lagi?? Setahuku kanda punya adik tiga orang dan semuanya laki-laki. Adik yang mana maksud kanda??.
Lalu I Dewa Gde Bakas kembali berkata,
     “Adikku ini dinda namanya I Dewa Ayu Swamba” sambil menarik adiknya dan memperkenalkannya.
Begitu melihat adiknya itu, I Dewa Made Bangbang menjadi bengong melongo terpesona akan kecantikannya. Dalam kebingungannya itu, I Dewa Gde Bakas memecah kesunyian dan berkata ,
     “Hai adikku Made Bangbang, kenapa kamu diam saja”
Lagi-lagi Dewa Made Bangbang tersipu menjawab pertanyaan kakandanya dan berkata,        
  “Ya….ya….kanda”.
Hanya itu yang keluar dari bibir I Dewa Made Bangbang. Kemudian I Dewa Gde Bakas berkata,
     “Nah Made Bangbang, adikku ini tinggal di Bangli, jadi setiap adik datang keTambahan dia tidak ada. Kemarin kebetulan dia pulang ke Tambahan sekalian kanda ajak berkunjung kesini”.
Pikiran I Dewa Made Bangbang menjadi linglung, apa yang diucapkan oleh kakak sepupunya itu, tidak didengarkan, pikirannya hanya tertuju pada putri itu saja . Namun I Dewa Gde Bakas sudah tau  akan hal itu sehingga mengalihkan pembicaraan dengan bertanya,
     “Adikku bagaimana dengan tugas-tugas yang diberikan oleh Ida Dalem kepadamu? Apakah lancar dan sukses?.
Dengan pertanyaan begitu baru I  Dewa Made Bangbang bisa berkata dan menjawab,
     “Ya kanda atas restu Ida Sang Hyang Widi, apa yang ditugaskan ayahnda prabu Dalem Segening, dapat dinda laksanakan dengan baik”.

     Akhirnya setelah selesai dijamu seperti biasanya, dan sudah cukup lama kakak sepupu dan adiknya bertamu, I Dewa Gde Bakas mohon diri pada adik sepupunya. Setelah itu berlalu, I Dewa Made Bangbang pikirannya berkecamuk, tidak enak makan dan tidur, selalu teringat dengan I Dewa Ayu Swamba. Demikian pula sebaliknya, hal yang sama juga terjadi di Tambahan. I Dewa Ayu Swamba juga merasakan hal yang sama. Bahkan biasanya dia langsung ke Bangli, akan tetapi dia betah tinggal di Tambahan. Bahkan kemana kakaknya I Dewa Gde Bakas pergi, dia selalu ikut. Melihat akan hal itu, I Dewa Gde Bakas bertanya pada adiknya,
     “Adikku Ayu Swamba, ada apa sebenarnya kamu ini selalu bengong dan tidak mau bicara. Biasanya kamu tidak betah tinggal di Tambahan dan banyak bicaranya, tapi sekarang berbeda, kenapa”?.
I Dewa Ayu Swamba tidak menjawab, hanya senyum-senyum saja. Kembali kakaknya bertanya,
     “Ayo katakana ada apa? Apa kamu tertarik dengan Made Bangbang?”.
Kembali Dewa Ayu Swamba tersenyum dan langsung lari ke kamarnya. Berarti dengan begitu, I Dewa Gde Bakas tau akan keinginan adiknya itu. Akhirnya I Dewa Gde Bakas mengambil sikap dengan memanggil kedua adiknya itu dan langsung bertanya,
     “Nah adik-adikku berdua, sekarang kalian sudah berdua dihadapanku, kakak akan bertanya apakah kalian saling mencintai??”
Mendengar pertanyaan kakaknya begitu, keduanya menganggukkan kepalanya bersamaan pula.. Maka legalah perasaan I Dewa Gde Bakas  dan kembali berkata,
     “Baiklah kalau begitu, memang sebenarnya tujuanku adalah untuk menjodohkan kalian berdua maka aku ajak Ayu Swamba berkunjung ke rumah adik Made Bangbang dan kebetulan kalian berdua sama-sama saling jatuh cinta. Syukurlah kakak merestui hubungan kalian ini dan kakak akan segera mencarikan hari padewasaan yang baik untuk melangsungkan upacara pawiwahannya”
Kedua adiknya itu hanya bisa tersenyum saja.
     Singkat cerita I Dewa Made Bangbang dengan I Dewa Ayu Swamba telah melangsungkan upacara perkawinannya. Hadir dalam upacara itu, Ida Dalem Segening beserta pembesar kerajaan yang lainnya. Dan selanjutnya mereka berdua menurunkan 2 orang keturunan yaitu yang pertama bernama I Dewa Gde Gelepuk, dan yang kedua bernama I Dewa Made.
      Setelah I Dewa Gde Gelepuk dan I Dewa Made dewasa, ayahndanya I Dewa Made Bangbang berangkat dari rumahnya menuju ke tempat dimana beliau disuruh mendirikan sebuah merajan oleh Ida Betara Ratu Mas Meketel yaitu dibawah pohon bendul. Disana beliau membabat hutan dan mendirikan mrajan. Merajan yang beliau dirikan diberi nama “MERAJAN AGUNG” disini juga didirikan pelinggih untuk berstananya Ida Betara Ratu Mas Meketel. Beliau juga mendirikan sebuah rumah disamping mrajan, agar lebih dekat untuk berbakti mohon agar keturunan beliau sehat dan bahagia. Dan juga beliau sering bermeditasi mohon pada Ida Sang Hyang Widi agar rakyat hidup sejahtera dan terhindar dari pertempuran dan penyakit.






=====*****=====

 

TUGAS KERAJAAN PADA KETURUNAN
 I DEWA MADE BANGBANG
 

     Sekarang diceritakan karena I Dewa Made Bangbang telah tua, maka jabatan sebagai senopati utama kerajaan diserahkan kepada anaknya yang kedua yang bernama I Dewa Made. Dan pada saat ini, tampuk pemerintahan sudah dipegang oleh raja Ida Dalem Dimade. (Tahun 1665 – 1686 Masehi) Oleh Ida Dalem, I Dewa Made disuruh bertempat tinggal di Gelgel supaya dekat karena pada waktu itu di Gelgel sering terjadi pemberontakan oleh para pembesar kerajaan, karena merasa tidak puas atas kebijakan raja Ida Dalem Dimade. Sedangkan putra I Dewa Made Bangbang yang sulung yaitu I Dewa Gde Gelepuk ditugaskan sebagai penasehat kerajaan. dan tidak perlu harus tinggal di Gelgel. Disamping itu juga I Dewa Gde Gelepuk telah di winten dan menjadi jan banggul yang pertama di Mrajan Agung di Bendul.

     Sebagai penasehat kerajaan, tentunya kedudukan itu sangatlah terhormat, beliau sangat disegani di kerajaan Gelgel karena setiap ada permasalahan, beliau selalu bisa menyelesaikan dengan baik-baik. Setelah lama beliau mengabdi tanpa didampingi oleh seorang istri, maka beliau mempersunting putri salah satu dari I Dewa Gedong Arta yang bernama I Dewa Ayu Smarabawa. Singkat cerita, dari perkawinan itu, beliau menurunkan tiga orang putra yang pertama diberi nama I Dewa Gde Bendul, karena tepat lahir di bawah pohon bendul, yang kedua diberi nama I Dewa Made Kompyang, dan yang terakhir diberi nama I Dewa Nyoman Wangun.

     Memang sudah karena turun temurun menjadi pejabat kerajaan, maka setelah dewasa I Dewa Gde Bendul diangkat oleh Raja Ida Dalem Dimade menjadi penasehat kerajaan menggantikan kedudukan ayahnya. Adiknya I Dewa Made Kompyang diangkat menjadi bendahara kerajaan. Sedangkan adik bungsunya I Dewa Nyoman Wangun, lebih senang melakukan meditasi hingga banyak sekali mendapatkan wahyu dan paica hingga membuat I Dewa Nyoman Wangun sangat sakti. Oleh karena itu, oleh raja beliau diangkat menjadi seorang panglima perang, dan sangat disegani oleh seluruh rakyat.
    I Dewa Gde Bendul mempersunting seorang gadis, putri dari I Dewa Nusa yang bernama I Dewa Ayu Srigati. Dari perkawinannya itu melahirkan keturunan yang diberi nama I Dewa Gde Mudung. Dan setelah dewasa, I Dewa Gde Mudung diangkat menjadi penasehat kerajaan menggantikan kedudukan ayahnya yang sudah tua. Pada saat inilah di kerajaan Gelgel terjadi pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti yang ingin menguasai kerajaan, sehingga kerajaan jatuh ke tangan I Gusti Agung Maruti. Ida Dalem Dimade beserta para pembesar kerajaan yang lainnya mengungsi ke Desa Guliang,Bangli. Sementara itu, I Dewa Gde Mudung masih bertempat tinggal di Bendul begitu juga sanak keluarga di Gelgel dari keturunan I Dewa Made.
Disini penulis tidak akan menceritakan bagaimana situasi kerajaan saat dipimpin oleh I Gusti Agung Maruti. (Tahun 1686 – 1705 Masehi).
 Ida Dalem Dimade mengungsi bersama keluarga serta anak beliau yaitu Ida I Dewa Agung Jambe. Setelah menyusun strategi di daerah pengungsian, maka putra Ida Dalem Dimade beserta rakyat yang masih setia balik menyerang I Gusti Agung Maruti ke kerajaan Gelgel. Singkat cerita, kerajaan kembali dapat direbut. Atas kebijakan dari I Dewa Agung Jambe, pusat kerajaan dipindahkan dari Gelgel ke Semarapura yang kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Klungkung. (Tahun 1710 – 1775 Masehi). Oleh Ida I Dewa Agung Jambe, seluruh kerabat kerajaan dipanggil dan dikembalikan kedudukannya semula termasuk Dewa Gde Mudung tetap menjadi penasehat kerajaan.          








Data Lengkap ada di Rumah Sang Nyoman Bangbang Kusuma Jaya asli Keturunan I Dewa Bangbang Bangun Sakti Jalan Patimura Gang II No.5A Semarapura  Tengah Klungkung Bali








2 komentar:

  1. Jangan sepotong sepotong dong ceritanya.......
    Maksudnya mulailah dari awal sampai yang terakhir.

    BalasHapus
  2. semoga para generasi atau para trah bisa menilai dari sedikit catatan sejarah ,dan semoga bisa bersatu lahir dan batin, dan menjaga apa yg sudah ada dan mengambil hal yg positif,,disini sy mengutif kita diharuskan selalu mendekat dijalan Tuhan Idha Sang Hyang Widhi Washa trims

    BalasHapus

NAMA : SANG NYOMAN BANGBANG KUSUMA JAYA NIM    : 834786947 NO. KARYA YANG DIBUAT IDE DAN GAGASAN ...