Selasa, 29 November 2011

KETURUNAN DARI “I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”

       

                             KETURUNAN DARI

                   “I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”



 

Perlu diketahui bahwa I Dewa Bangbang Bangun Sakti mempunyai perawakan yang tegap, parasnya tampan, dan penuh wibawa serta dihormati di kalangan kerabat kerajaan dan rakyat Gelgel sehingga banyak wanita yang tertarik dan ingin dipersunting oleh beliau. Entah bagaimana atau memang sudah kehendak Dewata juga karena sudah jodoh akhirnya beliau mempersunting seorang putri yang masih saudara sepupunya yaitu putri paman beliau yaitu I Dewa Gedong Artha yang bernama I Dewa Ayu Adnyasuari.
Singkat cerita, dari perkawinannya itu, beliau menurunkan 2 orang putra yang sangat tampan tampan. Yang pertama bernama I Dewa Gde Subagan, sedangkan yang kedua bernama I Dewa Made Bangbang. Setelah sekian lama I Dewa Bangbang Bangun Sakti mengabdikan diri pada kerajaan Gelgel dan setelah putra beliau besar, beliau tidak lupa memberikan petuah dan nasehat kepada kedua putranya itu dan juga karena beliau sudah dipanggil kembali oleh Ida Bethara Siwa untuk kembali ke kahyangan, beliau berpesan kepada kedua putranya,
“Wahai putra putraku berdua, jadilah engkau putra yang perkasa putra yang berguna untuk tanah kelahiran dan satu lagi yang sangat penting bahwa ayahnda telah mengucapkan sumpah bahwa ayahnda dengan pamanmu I Dewa Sukawati telah bersumpah dahulu untuk menjadi saudara sehidup semati, nanti keturunanmu dan keturunan pamanmu harus bersatu tidak boleh bermusuhan tidak boleh saling menyakiti apalagi ada dendam dan bila hal itu terjadi hidupmu tidak akan berbahagia walaupun engkau hidup bergelimang harta karena antara keturunan ayahnda dengan keturunan pamanmu adalah satu kawitan harus saling sumbah, saling parid ingat akan hal itu . Satu lagi pesan ayahnda yaitu apapun nanti yang akan terjadi di bumi Bali ini, engkau harus tetap mengabdikan dirimu pada kerajaan Gelgel. Sekarang ayahnda memiliki tiga buah benda pusaka, yaitu Mirah Menjangan akan ayahnda taruh di pura kawitan kita yaitu Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti karena permata ini ayahnda bawa dari kahyangan saat ayahnda lahir. Dua yang lainnya akan ayahnda wariskan pada kalian berdua yaitu Keris Ki Kobar Baleman ayahnda akan wariskan pada putraku I Dewa Made Bangbang sedangkan pusaka Alu dan Lesung Emas kuwariskan pada nanda I Dewa Gde Subagan. Dan juga perlu ananda berdua ketahui bahwa ayahnda beserta seluruh rakyat disini pada waktu merabas hutan ini menjadi sebuah desa ayahnda beri nama Desa Gembalan, ayahnda menemukan sebuah batu lempeng hitam dan di batu hitam inilah ayahnda setiap hari memohon keselamatan seluruh rakyat, dan bila nanti kalian berdua ingin bertemu dengan ayahnda kalian cukup memohon di atas batu lempengan itu, karena batu itu adalah tempat masuknya ke  alam kahyangan. Nah nanti sampaikan ke seluruh keturunanmu untuk tetap mengunjungi tempat ayahnda di batu hitam lempeng itu. Apabila kalian berdua beserta keturunanmu nanti telah bersih jiwa dan ragamu, kalian akan bisa melihat ayahnda dari batu lempeng itu, akan tetapi apabila kalian dan keturunanmu nanti masuk dalam keadaan leteh, kalian nanti akan bisa kena hukuman dari Ida Bethara Ratu Mas Meketel karena beliau yang bersemayam disana, kalian akan bisa menjadi gila, badan menjadi panas, dan akan bisa bisu dan apabila hal ini terjadi, kalian beserta keturunanmu nanti dan seluruh warga disini harus menghaturkan banten Guru Piduka mohon ampunan kehadapan Ida Bethara Ratu Mas Meketel agar dimaafkan. Nah nanda berdua, kukira cukup pesan dari ayahnda, sekarang ayahnda beserta ibumu akan pergi ke alam Siwaloka untuk memenuhi panggilan Ida Bethara Siwa, juga hari telah menjelang tengah malam menjelang purnama kartika” .
Kedua putra beliau merasa sangat sedih akan ditinggal kedua orang tuanya tercinta, akan tetapi keduanya tidak meneteskan air mata sedikitpun, keduanya sangat tegar menghadapi perpisahan itu meskipun mereka tau waktu tinggal beberapa saat saja untuk kedua orang tuanya akan moksah.
Akhirnya diceritakan begitu tepat tengah malam menuju purnama kartika, I Dewa Bangbang Bangun Sakti dan istrinya I Dewa Ayu Adnyasuari moksah disaksikan kedua putranya, beliau meniggalkan putranya tanpa bekas, hilang. Kedua putra beliau menghaturkan sembah mengiringi kepergian kedua orang tuanya. Sepeninggal kedua orang tuanya seluruh rakyat Gembalan memohon pada kedua putra beliau untuk memimpin mereka lagi. Kedua putra senopati Kerajaan Gelgel itu menyanggupinya dengan sepenuh hati dan dengan rasa tanggung jawab yang besar.



SEPAK TERJANG DUA PUTRA
I DEWA BANGBANG BANGUN SAKTI”
 

Sekarang diceritakan karena Ida Dalem Waturenggong umurnya sudah sangatlah tua maka beliaupun sudah meninggalkan para putranya dengan cara yang moksah pula dan lebih dulu moksah dari I Dewa Bangbang Bangun Sakti. Beliau menyerahkan kekuasaan kerajaan Gelgel pada putranya yaitu Ida I Dewa Bekung yang kemudian bergelar Ida Dalem Bekung/Ida Dalem Pemahyun (Tahun 1550 – 1580 Masehi). Di masa pemerintahan beliau, banyak terjadi kekacauan. Para pembesar kerajaan merasa tidak puas dengan pemerintahan beliau, beberapa kerajaan bawahan Gelgel banyak yang melepaskan diri dan berdiri sendiri menyatakan diri merdeka. Oleh karena keadaannya seperti itu, maka tampuk pemerintahan diserahkan kepada adiknya yaitu I Dewa Segening yang kemudian bergelar Ida Dalem Segening. (Tahun 1580 – 1665 Masehi). Dalam pemerintahan Ida Dalem Segening banyak terjadi perubahan besar, semua sistem kepemerintahan diperbaharui dengan sempurna, semua pos yang penting dipegang keturunan Ida Dalem beserta kerabatnya dan pada saat itulah beliau memanggil I Dewa Gde Subagan dan I Dewa Made Bangbang untuk datang ke puri Agung Gelgel karena ada tugas yang akan diberikan. Sesampainya di puri Agung Gelgel keduanya langsung menghadap Ida Dalem Segening, beliau langsung memeluk keduanya sambil menangis dan berkata,         
      “Nanda berdua sekarang nanda berdua harus selalu berada di sampingku terus mendampingi ayahnda  menjalankan pemerintahan, karena ayahnda mengetahui nanda berdua pasti seperti kanda Bangbang Bangun Sakti, yang setia dengan ayahndaku Waturenggong dan tidak akan memberontak seperti yang lainnya. Ayahnda mohon dengan sangat kepada nanda berdua untuk selalu dekat denganku, karena ayahnda sangat percaya kepada nanda berdua”.
Kemudian kedua putra I Dewa Bangbang Bangun Sakti mengangguk tanda bersedia mematuhi perintah Ida Dalem Segening. Maka sangatlah ceria Ida Dalem Segening mendengar hal itu. Lalu beliau berkata,
“Baiklah sekarang nanda berdua bisa pulang, tetapi secepatnya nanda berdua harus mengemban tugas yang ayahnda berikan”.
     “ Baiklah ayahnda Prabu nanda akan selalu siap”.
 Begitu jawab kedua putra I Dewa Bangbang Bangun Sakti.
Dipeluknya keduanya lagi sambil beliau ucapkan terima kasih dan langsung kedua anandanya itu mohon pamit untuk pulang ke rumahnya di Gembalan yang letaknya persis di sebelah timur Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti.
Karena untuk memenuhi permintaan dari Ida Dalem Segening, maka I Dewa Gde Subagan dan I Dewa Made Bangbang sepakat berdua untuk meninggalkan Desa Gembalan. Tapi sebelum pergi, beliau berpesan kepada seluruh rakyat Gembalan agar Pura Dalem Bangbang Bangun Sakti diempon oleh semua rakyat Gembalan dan juga menyerahkan seluruh tanah pelaba pura. Disamping itu juga beliau berpesan agar kelak keturunan beliau harus diberikan untuk ngaturang bakti serta diberikan pembagian ngaturang wewantenan. Maka Desa Gembalan dipercayakan beliau dipimpin oleh salah satu rakyatnya yang dianggap paling cakap untuk memimpin. Pada esok harinya beliau berdua meninggalkan Desa Gembalan rencananya menuju tempat yang sudah disediakan oleh Ida Dalem Segening di Puri Agung Gelgel yang maksudnya adalah untuk lebih dekat dengan kerajaan Gelgel.
















=====*******=====

2 komentar:

  1. Sangat pintar mengarang dan menyusun cerita,mantap,....

    BalasHapus
  2. Om suastiastu ,tiang kari alit ten uning napi mohon bingbinganya kirang langkung tiang nunas gengsinampure,

    BalasHapus

NAMA : SANG NYOMAN BANGBANG KUSUMA JAYA NIM    : 834786947 NO. KARYA YANG DIBUAT IDE DAN GAGASAN ...